Pages

Rabu, 08 April 2015

Cewek SMU Berjilbab Yang Montok

"Cewek SMU Berjilbab Yang Montok"
http://tokoobat55.blogspot.com/

Pada suatu pagi, sekitar pukul 08:30, aku yang sedang suntuk pergi ke sebuah hutan cagar alam kecil di selatan kota. Kota kecil ini sudah ku singgahi sekitar 3 minggu, dan aku masih lumayan betah. Segera kuparkir motor di tempat titipan motor, dan menyusuri jalan setapak masuk hutan yang sekarang sedang sepi karena memang bukan hari libur. Terasa sangat sejuk, pagi hari hiking menikmati rerimbunan pohon pinus di hutan cagar alam itu. Ketika sedang berjalan menikmati kesunyian dan kesejukan hutan, aku melihat sesosok gadis manis berjilbab sedang duduk disebuah bangku dibawah sebuah rumah kayu yang memang disediakan untuk beristirahat. Dari bajunya yang atasan putih dan bawahan rok abu-abu, aku tau kalau dia
adalah seorang siswi SMU. Segera otak kotorku bekerja dan membuat kont0lku naik.
Bayangkan, menikmati mem3k gadis cantik berjilbab pelajar SMU ditengah hutan yang sunyi dan sejuk ini. Segera aku menghampiri dan menyapa sang gadis itu. Yang sedang duduk termangu. “Assalamu'alaikum..” kataku sedikit keras, memang sengaja mengagetkannya.
Gadis berjilbab itu sedikit kaget lalu dengan cepat menoleh kearahku. Wajahnya cantik putih,d engan hidung mancung dan bibir tipis. Kacamata minus bertengger di hidungnya.
“Wa'alaikum salam.. ngagetin aja ihh..” katanya dengan tersenyum kecil.
Suaranya yang lembut, menambah gejolak birahiku. Otakku berfantasi membayangkan suara lirihnya merintih2 karena mem3knya kusodok2 dengan kont0lku. “lagi ngapain?” tanyaku.
Sembunyi2 aku menatap tubuhnya. Sekal untuk seorang siswi SMU. Pantatnya bulat, tubuhnya padat berisi namun langsing, dengan tinggi semampai. Buah dadanya terlihat sedikit mononjol dibalik seragam putih osis lengan panjang dan jilbab putih yang terulur menutupi dadanya.
“lagi ngelamun.” Jawabnya sambil tersenyum manis.
“ngelamunin apa?” tanyaku lagi, memancing pembicaraan.
Sambil semakin mendekat hingga disampingnya. Siswi berjilbab itu memandangku seksama seakan menilai, lalu menjelurkan lidahnya padaku, menggoda. Aku tersenyum. “kenalin, Wawan.” Kataku sambil mengulurkan tanganku.
siswi berjilbab itu tersenyum dan menyambutnya.
“Rina” katanya.
Tangannya yang bersentuhan dengan tanganku terasa sangat halus. “lagi ngapain disini sendirian? Bolos yaa…” kataku mengganggunya. siswi berjilbab itu segera berdiri didepanku.
“iya nih… lagi BT di sekolah..” katanya sambil menggerutu.
“emang kenapa? Habis putus cinta yah?” tanyaku nakal.
“idih… nggak… sekarang jadwalnya olah raga… guru olah raganya rese… sukanya grepe-grepe..” jawab gadis cantik berjilbab siswi Smu itu.
Tangannya sudah dilipat didepan dada, semakin membuat tonjolan buah dadanya terlihat. Hatiku semakin tidak karuan. “tapi diam-diam suka kaaan…” kataku menggoda.
“idiiiih…jijik, tau…” jawabnya sambil sok bergidik.
“eehhh… digrepe-grepe bisa enak lhoo..” kataku terus memancing.
Siswi berjilbab itu hanya tersenyum simpul sambil kembali menjulurkan lidahnya genit. “eh Rin, mau gak, masuk lebih dalem ke hutan? Ada tempat yang buagus banget deh…” kataku.
Padahal aku berbohong.
“yang bener? Ahh, gak mau ah…ntar Rina mau diapa-apain, lagi…” jawabnya, sambil masih tersenyum genit.
“ga papa deh… ayo ikut… diapa-apain kan ga papa kalo enak.” Kataku seolah bercanda.
Padahal otakku sudah memikirkan banyak jurus untuk mendapatkan tubuh gadis cantik berjilbab itu.
“iya deh.” Jawab Rina akhirnya, membuat hatiku seolah meloncat saking
senangnya.
“tapi janji gak diapa-apain yah.” Jawabnya lagi.
“gak kok, ntar tak kasih yang enak- enak″ jawabku lagi.
Akhirnya kami pun berjalan menyusuri jalan setapak sambil bercakap-cakap dan menikmati keindahan hutan. Beberapa lama, setelah kami berada semakin masuk kedalam hutan, kami menemukan lagi sebuah tempat beristirahat. Sebuah batu besar panjang 2 meter, dengan atap dari daun pinus sekedar menahan jika ada hujan. Rina berlari kecil menuju tempat itu dan duduk dubatu itu.
“istirahat dulu, capek..” kata gadis manis berjilbab itu.
“oke.” Kataku sambil duduk disampingnya.
“jadi gak nih, mau yang enak-enak?” kataku kembali memancing.
“gak mau ah.. emangnya Rina apaan..” katanya sambil pura-pura marah.
Aku semakin medekatkan dudukku pada gadis berjilbab bertubuh sekal itu.
“yah, kan Rina cantik.. mas jadi gak tahan..” bisikku ketelinganya yang masih tertutup jilbab. Pelan kuraih tangan kanannya yang halus, lalu kuremas dan kubelai. Gadis cantik berjilbab itu menatapku, namun diam saja. Terlihat wajahnya merah karena malu. Segera siswi berjilbab itu menarik tangannya dan memalingkan tubuhnya agak membelakangiku, karena tatapan sayunya bertemu dengan tatapanku. Pelan-pelan kupeluk Rina dari belakang pelan- pelan. Gadis cantik berjilbab bertubuh sekal itu sedikit berontak. “jangan mas.. Rina gak mau..” bisiknya sambil sedikit berontak.
“ga papa Rina, ntar mas kasih enak…” bisikku ke telinganya yang tertutup jilbab.
Kudaratkan ciumanku di pipi kanannya. Rina masih tegang, mungkin karena tidak pernah dipegang cowok. Apalagi kont0lku yang sudah ereksi dibalik celana jeansku dari tadi, menempel di pantatnya karena aku sudah duduk menkangkang. Kugenggam tangan kirinya dengan tangan kananku, tangan
kiriku memeluknya, sementara bibirmu mulai menciumi pipi dan telinganya. “Ohh..sstt” desisnya.
Aku palingkan wajahnya sehingga aku mudah mencium bibirnya yang mungil, pelan saja dan siswi berjilbab itu mulai menanggapinya. Kupermainkan lidahku dengan lidahnya, sementara kuputar pelan-pelan tubuhnya sampai menghadapku (masih dalam keadaan duduk). Dengan cukup cepat kupeluk mesra dia agar tidak semakin berontak,
kedua tanganku mengelus-elus punggungnya dan terkadang kuremas lembut kedua pantatnya. pantatnya begitu menggairahkan. padat berisi sampai-sampai ingin rasanya meremas dan menciuminya. Kont0lku sudah semakin tegang. Pelan- pelan sambil terus kuciumi gadis SMU berilbab yang sudah pasrah itu, kubuka ritsleting celanaku dan kukeluarkan kont0l besarku. Gadis itu seolah tertegun bingung karena tidak tau apa yang harus ia lakukan. Langsung kubimbing tangannya untuk mengelus- elus dan mengurut seluruh bagian kont0l. Terasa nikmat kont0lku dibelai dan diurut oleh tangan halus siswi lugu berjilbab itu. Kusandarkan Rina pelan-pelan didinding kayu gubuk istirahat itu, bibirku semakin bergerilya di seluruh permukaan wajahnya yang cantik. .
“Ohh, sst..” desahnya, yang semakin membuatku bernafsu.
Dengan bibirku yang tetap aktif, tangan kananku mulai menelusuri badannya, kuelus-elus pundaknya, lalu turun ke dada kanannya, menyusup kebalik jilbabnya, meremas buah dada sekalnya. Kuraba pelan, lalu mulai remasan-remasan kecil, siswi berjilbab itu mulai menggeliat. Buah dadanya terasa kenyal dan kencang, semakin kuperlama remasanku, dengan sekali- kali kuraba perutnya. Tanganku mulai membuka satu- persatu kancing seragam OSIS lengan panjangnya, dan menyusup masuk didalam bajunya, mengelus perutnya dan Rina kegelian. Tanganku yang masih di dalam bajunya, mulai naik kedadanya dan meremas kedua gunung kembarnya, jariku keselipkan dibranya agar menjangkau putingnya untuk kupermainkan. Rina mulai sering medesah,
“Sst.. ahh.. ohh”
Karena branya sedikit kencang dan mengganggu aktivitas remasanku, maka tanganku segera melepaskan semua kancing bajunya dan kemudian kait branya kubuka, sehingga longgarlah segel 2 bukit kembar itu. Bajunya kusingkap kesamping, sementara Bhnya kusingkap keatas, menampakkan keindahan dadanya, putih mulus, kedua putingnya mencuat mengeras ingin dijilati. Sudah saatnya nih beraksi si lidah. Kujilati, kusedot- sedot, kucubit, kupelintir kecil kedua putingnya. Rina mulai meracau tidak karuan manahan nikmatnya permainan bibirku di kedua dadanya. Kubuka baju dan branya sehingga tubuh atasnya hanya tinggal ditutupi jilbab putih membungkus kepalanya yang sengaja tidak kulepaskan. Gairahku semakin meninggi melihat gadis berjilbab yang lugu terengah- engah keenakan kurangsang dengan baju yang sudah terbuka memperlihatkan buah dadanya yang putih ranum menggunung. Tubuhnya yang putih, dua bukit ranum dengan 2 puting mencuat indah, wajahnya memerah, keringat mengalir, ditambah desahan-desahan yang menggairahkan, sungguh pemandangan yang tidak boleh disia-siakan. Kuciumi bibirnya lagi, dengan kedua tanganku yang sudah bebas bergerilya di kedua bongkahan dadanya. Nafas kami menderu menyatu, mendesah. Perlawanan gadis cantik berjilbab tadi sudah tidak terasa lagi. . Untunglah hutan itu sepi, sehingga desahan Rina yang semakin keras tidak membuatku takut ketahuan. Kulepas baju seragamnya dengan sedikit paksaan, kusibakkan jilbabnya sehingga
tidak menutupi dadanya, lalu Kuciumi dan kujilati badannya, mulai dari pundak, turun ke dadanya. Sengaja kujilati bongkahan dadanya berlama- lama tanpa menyentuh putingnya, kupermainkan lidahku disekitar putingnya. Kutempelkan tiba-tiba lidahku ke puting kanannya dan kugetarkan cepat, tangan kiriku mencubit-cubit puting kirinya, Rina semakin kelojotan menahan geli-geli nikmat. Enak sekali menikmati bukit kembar cewek jilbaban. Tangan kananku mulai merayap ke pahanya, yang masih tertutup rok abu- abu panjang, kuelus naik turun, terkadang sengaja menyentuh pangkal pahanya. Terakhir kali, tanganku merayap ke pangkal paha, menyingkapkan rok abu-abu panjangnya keatas sehingga celana dalamnya terlihat. Dengan satu jariku, kugesek-gesek mem3knya yang ternyata sudah basah sampai membekas keluar di celana pendeknya. Kedua kaki gadis berkulit putih berjilbab berwajah lugu itu langsung merapat menahan geli. Tanganku mengelus pahanya dan membukanya, menjalar ke kemaluannya, lalu semua jariku mulai menggosokkan naik turun ke bukit kemaluannya. “Ah udah mass..uhh hmm.. aduuhh.. enakk..”, geliatnya sambil meremas pundakku erat.
Kulumat bibirnya, tanganku mulai menyusup menguak CD-nya, meraba mem3knya. Rina semakin terangsang, dengan desisan pelan serta gelinjang- gelinjang birahi. Tak lama kemudian siswi berjilbab itu mendesis panjang dan
melejang-lejang. Ia menggigit bibir bawahnya sambil matanya terkatup erat, lalu mem3knya berdenyut- denyut seperti denyutan kont0l kalau melepas mani. Rina lalu menarik nafas panjang. Basah mengkilap semua jariku, karena mungkin Rina tidak pernah terasang seperti ini, lalu kujilat sampai kering. “Mas jahat, katanya Rina gak akan diapa-apain..” kata siswi berjilbab bertubuh sekal itu sambil memelukku erat.
“tapi Rina suka kan.. enak kan..” bisikku semakin bernafsu.
Sudah saatnya kont0lku dipuaskan. Kucium bibirnya lembut, kubimbing lagi tangannya untuk meremas dan mengurut kont0lku. Gantian aku yang melenguh dan mendesis, menahan nikmat. Posisiku kini berdiri didepan Rina, kuturunkan celanaku dan kuminta Rina untuk terus memijat kont0lku. “harus digimanain lagi nih?”, tanyanya bingung sambil tetap mengelus-elus batang kejantananku.
Terlihat disekitar ujung kont0lku sudah basah mengeluarkan cairan bening karena ereksi dari tadi.
“Ya diurut-urut naik turun gitu, sambil dijilat seperti menikmati es krim” sahutku.
Ditimang-timangnya kont0lku, dengan malu-malu lalu dijilati kont0lku, ekspresi wajahnya seperti anak kecil. Gadis berjilbab SMU itu pelan-pelan mulai memasukkan kont0lku ke mulutnya dan
“Ahh Rin, jangan kena gigi, rada sakit tuh, ok sayang?”
“Hmm, ho oh”, mengiyakan sambil tetap mengulum kont0lku.
Nah begini baru enak, walaupun masih amatir.
“Yess..” desahku menahan nikmat, terlihat semakin cepat gerakan maju mundur kepalanya.
“Mas, bolanya juga?” tanyanya lagi sambil menyentuh zakarku.
“Iya dong sayang, semuanya deh, tapi jangan kena gigi lho”. Dijilati dan diemutnya zakarku, setiap jengkal kemaluanku tidak luput dari jilatannya, hingga kemaluanku basah kuyup.
“Ahh..ohh..yes..” desahku dengan semakin menekan-nekan kepalanya.
Dimasukkannya batangku pelan-pelan ke mulutnya yang mungil sampai menyentuh tenggorokannya, kont0lku dikulum-kulum, divariasikan permainan lidahnya dan aku semakin menggeliat. Terkadang d siswi berjilbab itu juga menjilati lubang kencingku, diujung kepala kont0l, sehingga aku hampir melompat menahan nikmat dan geli yang mendadak. Dilanjutkannya lagi kocokan ke kont0lku dengan mulutnya. Pelan-pelan kubelai kepalanya yang masih terbungkus jilbab dan aku mengikuti permainan lidah Rina, kugoyangkan pantatku searah. Enak sekali permainan bibir dan lidahnya, Rina sudah mulai terbiasa dengan kejantanan cowok. Akhirnya, badanku mulai mengejang,
“Rin, aku mau keluar.. ohh ahh..” dan sengaja dipercepat kocokan kont0lku dengan tangannya.
Croott crot crot creet.. air maniku berhamburan keluar banyak sekali, sebagian kena wajahnya dan mengotori kacamatanya, dan sebagian lagi meluber di tangan Rina dan kont0lku. Rina sempat terkejut melihat pemandangan menakjubkan itu. “iihh… jijik… apa nih mas..?” katanya sambil mengernyit.
“ini namanya pejuh, Rin.. coba aja enak lho.. bisa menghaluskan kulit kalo dilumurin ke wajahmu..”
Dengan sedikit keraguan siswi berjilbab itu pelan-pelan menjilat air maniku yang meluber di kont0lku.
“Asin dan gurih, enak juga ya Ko?”, katanya sambil menelan semua spermaku sampai habis bersih dan kinclong.
Yang menyembur diwajahnya ia ratakan sehingga wajahnya mengkilap karena air pejuhku. Akus emakin terangsang melihat gadis berjilab melakuka nhal itu. Tanpa membuang waktu lagi, aku yang mempunyai stamina dan birahi yang berlipat segera kembali mendorong badannya agar bersandar di dinding kayu gubug itu. Bibirnya yang indah dengan lipgloss itu kulumat dengan penuh birahi. kurasakan siswi berjilbab itu mulai mendesah dan menggeliat menahan birahi. Kuremas-remas dadanya yang sudah menunggu dari tadi untuk dinikmati lagi. Kuraba-raba lagi mem3k si Rina, pinggangnya menggeliat menahan nikmat sekaligus geli yang demikian hebat sampai pahanya merapat lagi. Kembali kusingkapkan rok abu-abunya ke perutnya, setelah tadi sempat turun
lagi, sengaja tidak kupelorotkan CD- nya, karena aku ingin melihat pemandangan indah dulu. Wow, CD-nya pink tipis berenda dan mungil, sehingga dalam keadaan normal kelihatan jelas bulu-bulunya. Lalu aku berlutut didepan selangkangannya. Kakinya kubuka diiringi desahan tertahan gadis SMU berjilbab berwajah cantik itu. Tangan kirinya menutup mulutnya seakan berusaha menahan nafsu birahi yang tak tertahankan. Tangan kanannya ada
dipundakku, namun tidak berusaha menahan ketika aku maju dan mulai menjilati kedua pahanya dari bawah sampai ke pangkalnya, lalu kucium aroma lembab dan agak amis dari mem3knya yang membuat laki-laki manapun semakin bernafsu. Kujilat sekitar pangkal paha tanpa mengenai mem3knya, yang membuat Rina semakin kelojotan. Kupelorotkan CD-nya pelan-pelan sambil menikmati aroma khas mem3knya, lalu kujilat CD bagian dalam yang membungkus kemaluannya. Sesaat aku terpesona melihat mem3knya, bulunya yang tertata rapi tapi pendek-pendek, bibirnya yang gundul mengkilap terlihat
jelas dan rapat, di tengah-tengahnya tersembul daging kecil. Mem3k yang masih suci ini semakin membuatku bergelora, kont0lku mulai berontak lagi minta dipijat Rina. Mulutku sudah tidak sabaran untuk menikmati sajian paling lezat itu, lidahku mulai bergerilya lagi. Pertama kujilati bulu-bulu halusnya, rintihan Rina terdengar lagi. Terbukti titik lemah Rina ada di mem3knya, begitu siswi berjilbab itu menggerakkan pantatnya, dengan antusias lidahku menari bergerak bebas di dalam mem3knya yang sempit (masih aman karena selaput dara berada lebih ke dalam). Begitu sampai di klitorisnya (yang sebesar kacang kedelai), langsung kukulum tanpa ampun
“Akhh.. sstt.. ampuun… aduuhh.. enaaak.. stt” racau gadis perawan SMU berjilbab itu sambil menggeleng-geleng kepalanya yang masih terbungkus jilbab menahan serbuan kenikmatan yang menggila dari lidahku.
Dengan gerakan halus, kuusap-usap klitorisnya dan siswi berjilbab itu makin kelojotan dan tidak begitu lama terjadi kontraksi di mem3knya. Aku tau Rina akan klimaks lagi, makin kupercepat permainan lidahku. Sesaat kemudian, sambil tangan kirinya
semakin menutup mulutnya semakin erat,gadis berjilbab berseragam abu- abu putih itu menjerit sambil badannya meregang. Mengalirlah dengan deras cairan cintanya itu, tentu saja yang telah kutunggu-tunggu itu. Kujilati semua cairan yang ada sampai mem3knya mengkilap bersih, rasanya segar, gurih dan enak sekali. Beberapa saat, kubiarkan Rina istirahat sambil tersengal-sengal mengatur napas terduduk lemah dibangku panjang digubug itu, bersandar didinding. Aku duduk disebelahnya lalu kupeluk erat dengan mesra, kukecup keningnya, dan kedua pipinya. Sambil memandangku, wajahnya tersenyum malu. Nampak wajahnya merah padam setelah mengalami orgasme, serta malu karena melakukannya denganku. Aku menduga baru kali ini siswi berjilbab itu merasakan nikmat begitu dasyat, sampai lemas sekujur tubuhnya. Setelah nafasnya mulai normal, kuciumi bibirnya dengan lembut. “Nikmat sekali kan Rin? Ingin lagi? Masih kuat kan?” kataku dengan mencium bibirnya lagi.
Gadis cantik berjilbab itu hanya diam sambil memalingkan wajahnya, namun tidak ada penolakan dari tubuhnya. Kupalingkan lagi wajah cantknya menghadapku dan kucium rada lama bibirnya dengan lembut.
Pelan-pelan aku kembali memosisikan tubuhku dihadapannya. Kont0lku tepat berada didepan mem3knya. Kulepaskan celana dalam seksinya, lalu lambat- lambat kumajukan pinggulku, menggesekan kont0lku ke mem3knya. “Oh..hmm..” gadis manis berjilbab itu kembali mendesah bergairah, pasrah kusetubuhi ditengah hutan yang sunyi itu.
Baju seragam SMU nya sudah teronggok dilantai gubug, disamping celana dalamnya. Wajah gadis alim berjilbab itu yang pasrah membuatku nyaris tidak mampu mengendalikan birahiku.
Kulumat bibirnya dengan rakus, tanganku bergerak ke bawah dan menggenggam kont0lku, semakin intens
menggesek-gesekkan kont0lku ke mem3k ranumnya, membuat siswi berjilbab itu semakin menggelinjang karena rangsanganku. Sembari melumat bibirnya, tangan kiriku turun mengusap payudaranya dengan gerakan melingkar di bawahnya menuju ke arah puting lalu menyentil dan memilin pentil gadis cantik berjilbab itu. Kemudian gantian punggungnya kuusap dengan usapan ringan sampai siswi berjilbab itu merasa kegelian. “Ohh.. Maas.. auughh.. gelii… Nikmat Maas..!!”
tangan kanan gadis berjilbab itu mencengkeram erat pundak kiriku sampai membuat pundakku lecet karena kukunya, sementara secara refleks tangan kirinya mulai ikut meremas-remas buah dada kirinya.. kakinya membuka lebar melingkar dipingganggku. Tatapan gadis berjilbab itu sayu, dikuasai sepenuhnya oleh nafsu birahi. nafasnya memburu. Siswi berjilbab itu memejamkan matanya. Desahan dam rintihannya semakin keras ketika kuciumi kening, pipi dan kujilat dan kugigiti daun telinganya dari
luar jilbabnya. “Rina, tahan yaa.. mas akan kasih kenikmatan buatmu.. tapi awalnya bakal sakit sedikit.. tapi kalo dah kebiasa pasti enak kok..”kataku menenangkan gadis manis berjilbab lugu itu yang akan kurenggut keperawanannya.
“mmhh… pelan yah mas.. Rina takut..” desahnya, namun tanpa penolakan karena sudah pasrah 100%.
Dengan birahi yang sudah di ubun- ubun, aku mengangkat sedikit pantat Rina, untuk memberi posisi nyaman pada persetubuhan ini. Kupegangi kedua belah pahanya dan semakin kubuka kakinya lebar-lebar. Terlihatlah belahan mem3knya agak kehitaman dengan bagian dalam yang kemerahan, dihiasi rambut tipis. “Aahh..”, Rina melenguh panjang, badannya goyang kekanan kekiri, kuberikan rangsangan tambahan.
Kujilati pusar dan perutnya, lalu ke paha dan betisnya. Kugigit dekat pangkal pahanya sampai memberkas merah.
“Mass.. Kamu.. Oh.., sudah.. Rina nggak tahan..”.
kutatap wajahnya dengan tatapan menenangkan. Matanya sayu pasrah. Ia
menggigit bibir bawahnya berusaha menahan birahi dan mempersiapkan diri
pada rasa sakit yang kukatakan akan dirasakannya. Susah payah kumasukkan kont0lku yang sudah keras dan besar ke mem3knya yang becek, dan.. Blesshh.. “Ouuhh.. Ohh..”.
Aku mulai memasukan kont0lku ke liang mem3knya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kont0lku ke liang mem3k gadis manis berjilbab itu saking rapatnya. Rina berteriak,
“Ahhh… sakiiittt mas!” Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju- mundur dengan pelan-pelan.
Gadis berjilbab bertubuh sekal itu membalas dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap mem3knya yang sangat nikmat itu… “Ahhhh… sakittt mas..”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju- mundur. Rina berteriak,
“Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kont0lku dari mem3knya dan langsung keluarlah darah segar mengalir dari mem3k Rina turun ke pahanya, dan membasahi bangku tempat kami bersenggama. . Setelah beristirahat beberapa helaan nafas, kembali kutekan pantatku perlahan dan dengan pelan dan teknik maju mundur yang membuat Rina semakin kelojotan, akhirnya masuklah semua kont0lku ke dalam mem3k sempit legit gadis SMU berjilbab itu. “Aahh.. Mas.. aduh Maas..sakit tapi enaakk.. aduuhh.. lagii..” gadis berjilbab berparas cantik dan lugu itu meracau dan mendesah mulai keenakan. Mem3knya mulai terbiasa dihujam kont0lku.
Rina menaikan pantatnya dan aku menekan lagi pelan-pelan, terus berlangsung beberapa lama, kian lama kian cepat.
“aduuhh.. Rina mau enak lagiihh..” Rina mem3kik.
Aku semakin kencang mengocok mem3knya dengan kont0lku. Siswi berjilbab itu diam sejenak sambil memegang lenganku.
“Sudah keluar lagi Rin?”
“Sebentar lagi.. Ohh..” jawab Rina Secara tiba-tiba kugerakkan pantatku maju mundur agak memutar dengan cepat, batangku terasa mau patah. Rina kelojotan sambil melejang-lejang nikmat.
“Ah..”. Rina meremas remas payudaranya dan menggigit jarinya sendiri dan matanya terpejam.
Jepitan kaki di pinggangku menguat. Dinding mem3k gadis cantik berjilbab itu terasa menebal sehingga lubangnya menjadi lebih sempit. Siswi berjilbab itu memelukku dan mengulum bibirku,
“An.. Mas.. Aku.. Hggkk.., Ahh.. Nikmatt..” Rina bergerak liar. Kutekankan kont0lku dalam-dalam dan kurasakan denyutan di dinding mem3k serta dasar rahimnya. Kont0lku terasa disiram cairan yang hangat. Kutekan tyubuhnya didinding gubug dengan tubuhku. siswi berjilbab itu masih terus mengejang dan menggelinjang menikmati orgasmenya. Kubiarkan kont0lku terendam dalam cairan mem3knya. siswi berjilbab itu mendesah
dan merintih penuh kenikmatan. Kami diam sejenak. Kuberikan kesempatan untuknya beristirahat dan mengatur nafasnya. Matanya masih tertutup. Sejenak kurangsang mem3knya dengan gerakan pada otot kemaluanku. siswi berjilbab itu mendesah dan membuka matanya. Dikalungkannya kedua tangannya pada leherku. “Rinaa.. sekarang giliran mas yaa..” kataku berbisik. siswi berjilbab itu mengangguk.
Masih tersisa orgasmenya, dengan tubuh yang masih bergetar2. Kugerakkan lagi pantatku maju mundur
dan memutar. Perlahan-lahan dan semakin lama semakin cepat. Kurasakan mem3knya lebih becek dari semula, namun aku tidak mau menghentikan permainan untuk mengeringkannya. Gesekan kulit kont0l
dengan dinding mem3k gadis manis berjilbab itu masih terasa nikmat. Gairah siswi cantik berjilbab itu mulai bangkit lagi. Iapun mengimbangi gerakanku perlahan-lahan. Setelah beberapa saat kemudian gerakannyapun juga semakin cepat. Kutarik pantatku sampai tinggal kepala
kont0lku saja yang menyentuh bibir mem3knya, dengan gerakan cepat dan bertenaga kuhempaskan lagi ke bawah. Badan siswi cantik berjilbab itu terguncang. Kurapatkan pahanya, kemudian kakiku menjepit kedua kakinya. Aku menurunkan tempo permainan sambil beristirahat sejenak. Sesaat kemudian kukembalikan pada tempo semula. Aku hanya menarik turunkan kont0lku sampai setengahnya saja. Jepitan mem3k siswi cantik berjilbab itu lebih terasa. Kurasakan aliran darah di kont0lku semakin cepat. “Rina.. Aku mau keluar..”.
“Tunggu.. Kita bareng.. a.. nn mas..”
Kukangkangkan kaki siswi cantik berjilbab itu kembali. Kedua betisnya kujepit di ketiakku. Dalam posisi demikian maka mem3knya terbuka lebar sekali.
“Mas Wawan..”. Tubuh Rina menegang.
“Rina aku juga.. Mau.. Ohh..”.
“Ahh.. Nikmatt”. Cairan mem3k siswi cantik berjilbab itu bertambah banyak, sementara itu ujung kont0lku berdenyut denyut. Tubuhnya bergerak seperti kuda Sumbawa yang melonjak-lonjak liar.
“Rina.. Oh.. nih ku kasih pejuh… nikmatin
sayaannghhh..”
Dan kemudian.. Crot.. Crot.. Crot.. kutumpahkan spermaku di dalam guanya sampai menetes-netes keluar.
“Tahan sebentar.. Ahh..”.
Gadis cantik berjilbab itupun mendapatkan orgasmenya setelah berusaha sesaat sebelum kont0lku berhenti menyemprotkan pelurunya. Kutekankan lagi kont0lku, denyutan pada otot-otot kemaluan kami saling memberikan kenikmatan ekstra. Aku berguling ke samping. Kami berpelukan dengan badan bersimbah keringat. Jilbabnya basah karena keringat kami berdua. Sungguh nikmat bercinta dengan gadis perawan. Setelah beristirahat beberapa saat, kami segera membenahi baju kami dan keluar dari hutan. Kembali kukecup mesra kening dan bibir gadis manis berjilbab itu. Kuminta ia meminum pil anti hamil yang selalu kubawa, dan memberinya 3 lembar seratus ribuan untuknya.
Tidak lupa kuantarkan dia kembali kerumahnya karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan kuminta nomor Hpnya, kali aja aku kangen dengan jepitan mem3knya.

Jumat, 20 Maret 2015

no cewex panggilan

Nomor HP Cewek Panggilan 08121889819 Anna, 22
Nomor HP Cewek Panggilan 08158320662 Linda, 16
Nomor HP Cewek Panggilan 08159346019 Shelly, 18
Nomor HP Cewek Panggilan 08128122533 Rini, 28
Nomor HP Cewek Panggilan 08568976970 Annie, 20
Nomor HP Cewek Panggilan 08129539290 Sandra, 19
Nomor HP Cewek Panggilan 08151671060 Agistia, 16
Nomor HP Cewek Panggilan 08158989874 Sonia, 25
Nomor HP Cewek Panggilan 08128644041 Ocha, 19
Nomor HP Cewek Panggilan 08159401108 Risa, 19
Nomor HP Cewek Panggilan 08158712902 Nini, 19
Nomor HP Cewek Panggilan 08126525267 Jenny, 21
wahyu111122222.blogspot.com

wahyu111122222.blogspot.com

wahyu111122222.blogspot.com

wahyu111122222.blogspot.com

wahyu111122222.blogspot.com

cewex bispak







Kamis, 19 Maret 2015

cerita gairah


 
ini merupákán sebuáh pengálámán dári sáhábát sáyá yáng sekáráng bertempát tinggál dibáli. Ceritá ini terjádi di sekitár táhun 2006 yáng merupákán pengánlámán pribádi dáári temán sáyá. Sáyá sángát terimá kásih máu berbági dengán okesex.com untuk menceritákán pengálámányá ini. Ceritá seks ini menceritákán tentáng kenikmátán seoráng custámer service resto stik yáng ádá di sáláh sátu kotá besár dengán inisiál kotá MLN. Memáng sángát hot dán penuh kenikmátán seks dári ceritá ini,bányák gáyá yáng sángát ásyik pásti membuát terhányut dálám kenikmátán gáyá bercintá. Ini áwál dári sebuáh ceritá dengán keindáhán bercintá.
áku bekerjá di sátu resto steák yáng menyediákán sálád bár jugá disebuáh mál. Beberápá minggu terákhir ini, ádá seoráng customer, bápák2, yáng rájin berkunjung ke resto tempát áku bekerjá. Ketiká mákán, mátányá selálu memándángiku. Kálo áku lewát dekát mejányá, selálu diá senyum, diá berusáhá mengáják áku berkomunikási tetápi belum pernáh berhásil kárená ketiká diá mákán di resto itu, suásáná sedáng ráme, sehinggá áku dán jugá wáiter/wáitress láinnyá menjádi sángát sibuk meláyáni támu.

Suátu hári, diá berkunjung lági ke restoku. Kebetulán káli ini támu yáng mákán cumá sedikit, sehinggá ádá kesempátán bertegur sápá. Diá menányákán námáku siápá, kujáwáb námáku áku. Diá bertányá lági, hári ini áku kerjá sámpe jám berápá. Ketiká áku nányá kenápá diá bertányá seperti itu diá biláng máu kási áku surprise. áku nányá lági kárená penásárán, surprisenyá ápá. Diá jáwáb kálo dikási táu yá bukán surprise námányá. Terus diá biláng ákán nunggu áku sekitár jám 6 sore. Selesái kerjá, áku menggánti pákáián dinás dengán pákáián ku sendiri. áku memákái káos ketát dengán beláhán yáng rendáh sehinggá toketku yáng jugá besár mengintip keluár, dán celáná jeáns ketát. Diá menunggu gák jáuh dári resto. Tepát ketiká áku menyápányányá, hpku berbunyi, dári temánku. Diá memándángiku yáng sedáng menerimá telpon temánku. Seteláh áku selesái bertelpon, diá bertányá, “Dári siápá Nes, cowok kámu yá”. “Enggák kok pák, dári temánku, ngájákin áku jálán”. “Terus”, tányányá lági. “Kán udáh jánjián ámá bápák, yá áku tolák ájákánnyá”. Temen kámu cowok átáu cewek”, tányányá terus. “Cowok pák”, jáwábku. “NGájákin jálán táu ngáják pácárán?” guyonnyá lági. “Duá2nyá pák”, jáwábku sekenányá sámbil tertáwá. “Kátányá máu kási surprise?”, tágihku. Diá lálu mengájákku ke toko hp. “Nes, hp kámu dáh kuno, áku beliin yáng báru yá”. Káget jugá áku mendengár táwáránnyá. Tánpá menunggu jáwábánku, diá mintá ke spg nyá, hp triji terbáru. Sepertinyá duit beberápá jutá enteng buát diá. áku mendugá pásti ádá ujungnyá, gák mungkin kán leláki máu ngási hp máhál begitu ájá. áku sih gák perduli kálo áku hárus meládeni nápsunyá, áku tertárik jugá sámá si bápák, seteláh jumpá beberápá káli di resto. Orángnyá belum tuá, tápi yáng pásti bukán ábg láh yáo. Gánteng, dádá bidáng, seperti tipe leláki ideálku láh. “Má kásih yá pák, bápák báik ámát sih máu beliin áku hp báru, triji lági”. Diá hányá tersenyum dán mengáják áku mákán, tentunyá bukán mákánán yáng dijuál di resto ku. Sámbil mákán diá terus mengájákku guyon, orángnyá menyenángkán. “Kámu besok kerjá jám brápá Nes”, tányányá. “Besok áku off pák. emángnyá kenápá”. “áku mo ngáják kámu jálán, kálo besok kámu off kán gák usáh buru2 puláng”. “Jálán kemáná pák”, áku sudáh mendugá ápá jáwábánnyá. Pástinyá ákán ngájákin áku ngentot, ápá lági kálo gák itu.
“Wow.., mobilnyá keren bánget pák. Sámá káyá orángnyá” kátá ku seteláh kámi sámpái di mobilnyá. áku duduk di depán disebeláhnyá. Ták lámá kámipun meluncur meninggálkán mál. Diá mulái mengelus2 páhá ku yáng másih tertutup celáná jeáns. Tentunyá elusánnyá tidák terlálu terásá kárená másih terhálángi káin jeáns celánáku. Diá membáwáku ke ápártmentnyá. Ták lámá kámi sudáh sámpái di ápártment. Kitá turun ke básement, párkir mobil dán menuju lift. Diá lángsung memijit lántái ápártmentnyá dán lift meluncur ke átás. ápártmentnyá type studio sehinggá hányá ádá sátu ruáng yáng multi fungsi, kámár mándi dán pántri yáng merángkáp dápur. Diá merebáhkán diri di ránjáng. Sementárá áku pergi ke kámár mándi. Ketiká muncul kembáli, áku hányá berbálut hánduk kemudián ikut rebáhán diránjáng bersámányá. Diá melingkárkán tángánnyá pádá pundák ku dán mengelus-elus nyá. Ták lámá diá mulái menciumi bibir ku sámbil merábá-rábá toket ku. Diá membuká belitán hánduk sehinggá áku lángsung bertelánjáng bulát. Diá melotot melihát jembutku yáng lebát. Lángsung diciumi dán dijiláti toket ku dengán rákus. Dihisáp hisápnyá pentil ku. Járinyá merábá bibir nonok ku yáng dipenuhi dengán jembut yáng lebát. ákupun melenguh nikmát ketiká járinyá menemukán itilku. Sementárá itu, toket ku másih terus dijiláti dán diemut pentilnyá. áku yáng sudáh sángát bernáfsu kemudián berbálik menindih tubuhnyá. Dengán cepát áku melucuti káncing kemejányá. Kuhisáp pentilnyá, sementárá tángánku melucuti celánányá. “Ines buká dulu yá pák” kátáku sámbil bángkit duduk dán membuká seluruh pákáiánnyá. Diá tinggál berCD, dán támpák kontolnyá mencuát keluár ták mámpu tertámpung didálám CD. “Kontol bápák gede bánget, pánjáng lági” kátáku sámbil mengelus-elus kontolnyá dári bálik CD. ákupun kemudián membuká CD nyá, dán kontolnyá yáng sudáh ngáceng kerás támpák berdiri tegák dihádápánnyá. “Gilá.. Gede bánget.. Bikin Ines náfsu..” kátáku sámbil menundukkán kepálá mulái menjiláti dán kemudián mengulum kontolnyá. Diá mengelus- elus rámbutku yáng pánjáng. Kádáng tángánnyá berpindáh ke toketku yáng sekál dán mempermáinkán pentilnyá. “Nes.. Enák bánget Nes..” desáhnyá, áku terus menjiláti kontolnyá. “Ih.. pák, gede bánget..”. “Memáng kámu belum pernáh liát yáng besár begini?” “Belum pák.. Punyá cowok Ines nggák sebesár ini.” jáwábku. “árghh.. Enák Nes.” erángnyá lági. Kujilátinyá lubáng kencingnyá dán kemudián kukulum kontolnyá dengán bernáfsu. Sementárá itu bátáng kontolnyá kukocok sámbil sesekáli kuremás perláhán biji pelernyá. Diá keenákán ketiká áku mengeluár másukkán kontolnyá dengán mulutku. Diá mengusáp-usáp rámbutku dengán gemás. Ruángán segerá dipenuhi oleh erángánnyá. Sáát áku menghisáp kontolnyá, kepáláku máju mundur, toketku pun bergoyáng. Dengán gemás diremásnyá toketku. “Nes.., jepit pákái toketmu ” pintányá. áku lángsung meletákkán kontolnyá di beláhán toketku, dán kemudián diá mengenjot kontolnyá diántárá toketku. “Enák bánget sshh..” Diá seperti ták kuásá menáhán rásá nikmát itu. Seteláh beberápá lámá, diá menyodorkán kembáli kontolnyá ke mulutku. áku menyámbutnyá dengán penuh náfsu.
Seteláh beberápá lámá, áku menáiki tubuhnyá dán mengáráhkán kontolnyá ke nonokku. áku menurunkán tubuhku dán kontolnyá mulái menerobos nonokku yáng sempit. “Ooh.. besár bánget nih kontolnyá pák.. áhh..” desáhku ketiká kontolnyá teláh berhásil memásuki nonokku. “Tápi enák khán..” tányányá menggodá “Iyá sih..áduh.. Oh.. Sstt.. Háh.. Háh..” erángku lági ketiká diá mulái menggenjot nonokku dári báwáh. Diá memegáng pinggángku sámbil terus mengenjot nonokku. Sementárá áku menyodorkán toketku ke mulutnyá. Diá segerá menjiláti toket ku. “Pák.. Gimáná pák.. Enák khán ngentotin Ines?” tányá ku menggodá. áku másih meliuk-liukán tubuhku. Diá pun terus mengenjot nonokku dári báwáh, sámbil sesekáli tángánnyá meremás toketku yáng beráyun-áyun menggemáskán. Seteláh bosán dengán posisi itu, diá membálikkán tubuhku sehinggá diá berádá diátás. Segerá diá menggenjot kontolnyá keluár másuk nonokku sámbil menciumi wájáhku. “Ehmm.. Sstt.. pák.. Enák.. Ohh. kontol bápák gede bánget, nonok Ines sámpe sesek rásányá pák, gesekán kontol bápák terásá bánget di nonok Ines. Máu deh Ines dientot bápák tiáp málám,” áku melenguh keenákkán. “áyo isáp pentil Ines pák” perintáhku. Diápun kemudián menghisáp pentilku sámbil terus menggenjot nonokku. Ták lámá tubuhku mengejáng, dán áku mengeráng dán menggelinjáng ketiká nyámpe. Terásá nonokku berkedut2. “Nes, enák bánget, kontolku seperti sedáng diemut, nikmát bánget rásányá, luár biásá empotán nonok kámu”. Diá mengeluárkán kontolnyá dári nonokku dán áku kusuruh menungging membelákánginyá. Dengán gáyá doggy style diá mengentoti ku dári belákáng. “áduh.. pák.. kuát bánget.. Ohh..” eráng ku ketiká diá mengenjot nonokku. “Gilá.. nonokmu enák bánget Nes..” kátányá. Diá memegáng pinggul ku, terkádáng meremás pántátku yáng membulát. áku pun menjerit nikmát. Toketkupun támpák bergoyáng-goyáng menggemáskán. Bosán dengán posisi ini, diá kemudián duduk di kursi. áku lálu duduk membelákánginyá dán mengáráhkán kontolnyá ke dálám nonokku. Diá menyibákkán rámbutku yáng pánjáng dán menciumi leher ku. Sementárá itu áku bergerák náik turun. Tángánnyá sibuk meremás toketku. “áhh.. áhh.. áhh..” erángku seirámá dengán goyángán bádánku diátás tubuhnyá. Terkádáng erángán itu terhenti sáát disodorkánnyá jemárinyá untuk kuhisáp. Beberápá sáát kemudián, dihentikánnyá goyángán bádánnyá dán dicondongkánnyá tubuhku ágák ke belákáng, sehinggá dápát menghisáp toketku. Dengán gemás diláhápnyá bukit kembárku dán sesekáli pentilku dijilátinyá. Erángánku semákin kerás terdengár, membuát diá menjádi kembáli bernápsu. Seteláh diá selesái menikmáti toket ránumku, kembáli áku mengenjot tubuhku náik turun dengán liár. Binál bánget kelihátánnyá. Cukup lámá diá menikmáti perngentotán dengán áku di átás kursi. Lálu diá berdiri, dán kembáli berciumán dengán áku sámbil dengán gemás meremás dán menghisáp toketku. Diá ingin segerá menuntáskán permáinán ini. Lálu áku direbáhkán di átás ránjáng. Diá kemudián mengáráhkán kontolnyá kembáli ke dálám nonokku. “áhh..” erángku kembáli ketiká kontolnyá kembáli menyesáki nonokku. Lángsung diá mengenjot dengán gánás. Erángán nikmát mereká berduá memenuhi ruángán itu, ditámbáh dengán bunyi derit ránjáng menámbáh pánás suásáná. áku menggelengkán kepálá ke kánán kekiri menáhán nikmát. Tángánku meremás-remás sprei ránjáng. “Pák.. Ines hámpir sámpái pák.. Terus.. áhh.. áhh” jeritku sámbil tubuhku mengejáng dálám dekápánnyá. áku teláh nyámpe. Diá menghentikán enjotánnyá sebentár, dán áku pun kemudián lunglái di átás ránjáng. Butir keringát mengálir diwájáhku. Toketku náik turun seirámá dengán heláán náfásku. Diá kembáli menggemási toketku dengán bernáfsu. Diá mulái lági mengenjot nonokku sámbil sesekáli meremás toketku yáng bergoyáng seirámá enjotánnyá. Diá terus mengenjotkán kontolnyá keluár másuk nonokku sámpái ákhirnyá ngecretláh pejunyá di dálám nonokku. áku terkápár kárená kenikmátán dán lemás.
Beberápá sáát kemudián diá mulái menciumiku sámbil mengusáp-usáp páháku, dán kemudián mengilik nonokku dengán jemárinyá. “Ehmm..” erángku sáát itil diusáp-usáp dengán gemás. Erángánku terhenti kárená diá menciumku dengán penuh nápsu. Tángánnyá meremás2 toketku yáng besár menántáng. “Pák kuát bánget sih , báru ngecret sudáh máu ngentot lági” ucápku lirih. “Iyá hábis pengen diempot nonok kámu lági, nikmát bánget rásányá” bisiknyá. Desáhánku kembáli terdengár ketiká lidáhnyá mulái menári di átás pentilku yáng sudáh menonjol kerás. Dihisápnyá dengán gemás gunung kembárku hinggá membuát tubuhku menggelinjáng nikmát. “Gántián dong Nes” bisiknyá seteláh puás menikmáti toketku yáng ránum. Kámi pun kembáli berciumán sementárá áku meremás kontolnyá yáng mulái membengkák. áku pun kemudián mendekátkán wájáhku ke kontolnyá, dán mulái mengulum kontolnyá. Sámbil menghisáp kontolnyá, áku mengocok perláhán bátángnyá. Diá mengelus-elus kepáláku ketiká áku sedáng mengemut kontolnyá. Diá sudáh ingin ngentot lági dengán áku. áku disuruh duduk membelákánginyá di pángkuánnyá. Diá mengáráhkán kontolnyá kedálám nonokku. “áh..” desáhku ketiká kontolnyá kembáli menyesáki nonokku. áku kemudián menáik-turunkán tubuhku di átás pángkuánnyá. Diá pun ták tinggál diám, áku diciuminyá ketiká áku sedáng mengenjot kontolnyá dálám jepitán nonokku. Sámbil menciumi áku, tángánnyá memáinkán itilku. “áh.. Terus pák.. Ines máu nyámpe..” desáhku. Semákin cepát diá mengusáp itilku, sedángkán tubuhku pun semákin cepát menggenjot kontolnyá. “áhh..” erángku nikmát sáát áku nyámpe. Tubuhku mengejáng dán kemudián terkulái lemás diátás pángkuánnyá. Kembáli terásá nonokkuá berkedut2 dengán kerás. Seteláh redá kedután nonokku, kontolnyá dicábut dári nonokku, másih ngáceng kerás dán berlumurán cáirán nonokku.
áku ditelentángkán dán segerá diá menáiki tubuhku. Páháku sudáh mengángkáng lebár. Diá tidák lángsung memásukkán kontolnyá kedálám nonokku, tetápi digesek-gesekkán dáhulu di sekitár bibir nonokku hinggá menyentuh itilku. “Pák.. áduuhh.. áduuhh pák! Sshh.. Mmppffhh.. áyo pák.. Másukin ájá.. Nggák táhánn..” áku menjerit-jerit tánpá málu. “Udáh nggák táhán yá.. Nes, cepát bánget sudáh nápsu lági..” jáwábnyá. Tibá-tibá diá lángsung menekán sekuát tenágá. áku sámá sekáli ták menyángká ákán hál itu, sehinggá kontolnyá lángsung melesák ke dálám nonokku. Kontolnyá kembáli menyesáki nonokku yáng sempit itu. Diá mulái mengenjotkán kontolnyá náik turun dengán terátur sehinggá menggesek seluruh lubáng nonokku. áku turut mengimbánginyá, pinggulku berputár penuh irámá. Bergerák pátáh- pátáh, kemudián berputár lági. Efeknyá luár biásá, kedután nonokku kembáli terásá. “Nes, nikmát bánget deh empotán nonok kámu”, kátányá terengáh. áku semákin bergáiráh, pinggulku terus bergoyáng tánpá henti sámbil mengedut-ngedutkán otot nonokku. “ákkhh.. Nes.. Eennáákkhh.., hebááthh.. Uugghh..” erángnyá beruláng-uláng. Diá semákin kuát meremás2 dán memilin2 pentilku dán bibirnyá terus menyápu seluruh wájáhku hinggá ke leher, sámbil semákin mempercepát irámá enjotánnyá. áku berusáhá mengimbángi keluár másuknyá kontolnyá didálám nonokku dengán goyángán pántátku. Sepertinyá diá berusáhá kerás untuk bertáhán, ágár tidák ngecret sebelum áku nyámpe lági. Kontolnyá terus mengáduk2 nonokku semákin cepát lági. Nonokku terásá mákin berkedut, keduá ujung pentilku semákin kerás, mencuát berdiri tegák. Lángsung pentilku disedot kuát2 kemudián dijiláti dengán penuh náfsu. “Pák..! Lebih cepát lági doonng..!” teriákku sámbil menekán pántátnyá kuát2 ágár kontolnyá lebih másuk ke nonokku. Beberápá detik kemudián tubuhku bergetár hebát, diiringi dengán cáirán hángát menyembur dári nonokku. Bersámáán dengán itu, tubuhnyá pun bergetár kerás yáng diiringi semprotán pejunyá ke dálám nonokku. áku pun mengeráng tertáhán. Diá lángsung memeluk tubuhku erát-erát, dengán penuh perásáán. áku membálás pelukánnyá sámbil merásákán kenikmátán yáng luár biásá. Kákiku melingkár di sekitár pinggángnyá, sementárá bibirnyá terus menghujáni sekujur wájáh dán leherku dengán ciumán. áku másih bisá merásákán kedután nonokku. Seteláh beristiráhát sejenák, kámi segerá membersihkán diri dengán di kámár mándi. áku belum pernáh merásákán sedemikián nikmátnyá dientot leláki.

Rabu, 18 Maret 2015

cewex girang



Waktu itu gua di ajak temen gua buat liat hasil lukisan yang di bikin temen gua itu cewe dia di bawah gua 1 tahun se enggaknya gua senior dianyalah… sewaktu gua tiba di rumah dia ada seorang wanita sexy, cantik, waaahhhh susah deh buat diomongin pokoknya top banget, lalu dia senyum ama gua… “Eh Nit sapa tuh?” tanyaku “Oooooo Tante gua tuh Ndry kenapa? Suka?”.. “Yeeee enak aja loe,” jawabku. “Yuk gua kenalin ama Tante gua, ajak Nita” “Aloooo Tanteeee,” kata Nita”.. “Ehhh udah pulang Nit,” tanya Tante Selly? “Iya Tan,” jawab Nita.. “Oh iya Tan kenalin nih temen Nita”.. lalu Tante Selly mengulurkan tangannya begitu juga gua.. “Selly,” katanya. “Andry,” kataku, waaahh tangan nya lembut banget langsung otak gua jadi gak karuan untung Nita ngajak gua masuk kalo gak udah deh otak gua ngeressssss. Sesudah gua ngeliat hasil lukisan si Nita gua ngobrol-ngobrol ama Nita dan Tante Selly. Enak juga ngobrol ama tantenya Nita cepet akraban orangnya tapi setengah jam kemudian Nita pamit ke belakang dulu otomatis tinggal gua dan Tante Selly saja berdua. Tante Selly yang memakai celana street dan kaos tipis membuat jatungku mulai gak karuan, tapi gua ngejaga supaya tidak ketauan kalo gua lagi merhatiin Tante Selly, kami ngobrol ngalor-ngidul lama-lama duduknya semakin dekat denganku waaahhhh, makin dag dig dug aja nih jatung gua.. gimana enggak Tante Selly yang putih mulus itu duduknya ngangkang bebas banget pikirku apa dia kaga malu ama gua apa? Lambat laun pembicaraan kami mulai menjurus ke hal-hal yang berbau sex. “Ndry kamu punya cewe?” tanyanya. “Blom tan,” jawabku “Tante sendiri kok sendirian …?” “Hhhmmmm gak kok kan ada Nita.” “Maksud saya laki-laki yang jagain Tante siang dan malem lho.” “Ooooooo Tante cerai sama om 2 tahun yang lalu Ndry…” “Tante gak kesepian..?” “Tak tuh kan ada Nita.” “Maksud saya yang nemenin Tante malem hari.” “Ih kamu nakal yah.” kata Tante Selly sambil mecubit paha ku. Otomatis meringis kesakitan sambil tertawa… hehehhehee… “Bener Tante gak kesepian, gua bertanya lagi..?” Tante Selly bukanya menjawab, dia malah memeluku sambil menciumiku, aku kaget campur seneng. sewaktu kami begumul di ruang depan tiba-tiba Nita dateng, untung tadi pintu yang mau ke dapur tertutup kalo ketauan Nita bahaya nih.. kami menghentikan pagutan kami.. lalu Tante Sellypun pergi ke kamarnya sambil malu-malu. Setelah Nita datang gua langsung pamitan, lalu gua pamitan ama Tante Selly. “Tante, Andry pulang dulu,” kataku. “Lho kok buru-buru?” tanya Tante Selly sambil keluar kamar. “Ada kepeluan lain Tan,” jawab ku… “Lain kali ke sini lagi yah,” kata Tante Nita sambil mengerlingkan matanya:.. “Ooooo iya Tante,” kataku sedikit kaget, tapi agak seneng juga… Setelah kejadian itu gua jadi kangen ama Tante Selly.. suatu hari gua lagi jalan sendirian di mall, gua gak nyangka kalo ketemu ama Tante Selly.. “Allo Tante,” sapaku… “Hi Andry,” jawabnya.. “Mau kemana Ndry.?” “Hhhhmmm lagi pengen jalan aja Tante.” “Kamu ada waktu.?” “Kalo gak ada gak papa..” “Emang mau ke mana Tan.?” “Temenin Tante makan yuk..” Waaaahhhhh… tawaran itu gak mungkin gua tolak jarang jarang ada yang traktir gua, maklum gua anak kostan heueuehueuh. Tanpa berpikir panjang gua langsung meng iya kan tawarannya. Setelah kami makan Tante Selly ngajak gua keliling sekitar Bandung.. Tanpa kita sadari kalo malam udah larut.. Waktu itu jam menunjukan pukul 22.30…Lalu gua ngajak Tante Selly pulang, gua di anter ama Tante Selly sampai depan rumah kostan gua…Tapi sebelum gua keluar dari mobil gua kaget campur seneng Tante Selly menarik badan gua lalu menciumiku dengan ganas…Kami berpagutan lumayan lama. Lama-lama gua makin panas lalu gua ajak Tante Selly masuk ke dalam kostan gua…Lalu kami masuk setelah di dalam Tante Selly menubruk badan gua hingga kami berdua jatuh di atas kasur. Lalu kami beerciumana lagi. tiba-tiba tangan gua yang nakal mulai mengerayangi badan Tante Selly yang sexy. Setelah itu gua buka tank top Tante Selly.. wooowwwww ternyata dia tidak memakai BH itu membuat gua gampang buat menikmati indahnya payudara Tante Selly yang indah itu.. Tante Selly mulai mengerang keenakan.. “Ooooooohhhh.. Andryyy.. remas terushhhh,” kata Tante Selly mendesah. “Mendengar itu aku makin menggila…” “Gua gigit putting susu Tante Selly…” “Aaaccchhhhhh… enak sayang.. terussshhh…” Lalu gua buka celana jeans Tante Selly… sambil terus kupermain kan gundukan kembar itu dengan rakus setelah gua buka celana jean tante Selly, gua buka CD Tante Selly yang berwarna hitam itu.. ooooohhhhh indah betul pemandangan malam ini gumamku dalam hati… Lalu aku pun menyuruh Tante Selly buat membuka pahanya lebar-lebar.. “Baik sayang. lakukan apa yang kau mau..” Lalu gua benamkan muka gua ke selangkangan Tante Selly. “Aaaaacccchhhhhhhhhhhh.. geli sayang.jerit Tante Selly, badannya bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri menahan nikmat… aaaaccchhhhhhh terus sayang.. oooohhhhhhhh” “Gua jilat, gigit, jilat lagi hhhhmmmmmmm… memek Tante Selly harum” Lalu tangan Tante Selly mencari-cari sesuatu di balik celana dalam ku……… “Wwoooooowwwww,” jeritnya. “Aku gak percaya punyaan kamu gede ndry…” “Tante suka?” tanyaku. “Suka banget..” Lalu kupermainkan lagi memeknya, kami bermain 69 Tante Selly melumat kontolku dengan rakusnya, sampai tiba saatnya dia mulai merengek-rengek supaya kontolku dimasukkan ke dalam liang memeknya. “Ndryyyy.. sekarang sayang aku gak kuaatttthhh.!!!” “Sekarang Tante..?” “Iya sayang cepaaattt.” Lalu gua menaiki badan Tante Selly perlahan-lahan gua masukin kontol gua… oooooohhhhhh… sleeeepp perlahan-lahan kontolkupun kubenamkan. Tante Selly sedikit teriak “Aaaaaccccchhhhhhh Ndryyyyy”. Memek Tante Selly masih sempit, hangat aahhh.. pokoknya enak banget… “Masukin yang dalem Ndryy… oooohhhhhhh.!!! “Goyangin Tante..” Slepppp… sleppppp… sleeppppp.. kontolku keluar masuk”. “Ooohhhh…. ooohhhhhhh.. ooohhhhhhhh……” kami berpacu untuk mencapai klimaks dan akhirnya kami pun keluar sama sama.. Setelah kami puas bercinta kamupun tertidur pulas dan bangun kesiangan untung waktu itu temen-temen sekostanku sedang mudik, jadi aku gak terlalu khawatir… “Kamu hebat tadi malam Ndry sampe aku kewalahan” lalu Tante Selly pun pamitan untuk pulang lalu dia berkata “Lain kali kita main lagi yah aku masih penasaran ama kamu Ndry”…. “Kalo kamu mau apa-apa bilang aja ama Tante ya jangan sungkan-sungkan!!”.. “Baik Tante,” kataku… lalu Tante Selly pun pulang dengan wajah berseri-seri… setelah kami melakukan percintaan itu kamipun melakukannya berulang kali dan hubungan kamipun masih berlanjut hingga kini, tapi hubungan yang tanpa ikatan, hanya hubungan antara orang yang haus akan sex.. dan semenjak itu akupun diajari berbagai jurus dalam permainan sex… mulai dari doggy style sampai berbagai jurus yang sangat nikmat. Setelah gua berhubungan dengan Tante Selly kebutuhan akan sehari-hari gua lebih dari cukup apapun yang gua minta dari Tante Selly dia pasti memberikannya, soalnya dia bilang permainan ranjangku hebat sekali dan adikku ini lumayan besar, katanya.. dan gua bisa ngebikin Tante Selly puas. Selama kami berhubungan, Nita temanku itu dan sepupu Tante Selly itu tidak pernah mengetahuinya, kalo dia tahu berabe deh.. hehehe