Pages

Rabu, 08 April 2015

Cewek SMU Berjilbab Yang Montok

"Cewek SMU Berjilbab Yang Montok"
http://tokoobat55.blogspot.com/

Pada suatu pagi, sekitar pukul 08:30, aku yang sedang suntuk pergi ke sebuah hutan cagar alam kecil di selatan kota. Kota kecil ini sudah ku singgahi sekitar 3 minggu, dan aku masih lumayan betah. Segera kuparkir motor di tempat titipan motor, dan menyusuri jalan setapak masuk hutan yang sekarang sedang sepi karena memang bukan hari libur. Terasa sangat sejuk, pagi hari hiking menikmati rerimbunan pohon pinus di hutan cagar alam itu. Ketika sedang berjalan menikmati kesunyian dan kesejukan hutan, aku melihat sesosok gadis manis berjilbab sedang duduk disebuah bangku dibawah sebuah rumah kayu yang memang disediakan untuk beristirahat. Dari bajunya yang atasan putih dan bawahan rok abu-abu, aku tau kalau dia
adalah seorang siswi SMU. Segera otak kotorku bekerja dan membuat kont0lku naik.
Bayangkan, menikmati mem3k gadis cantik berjilbab pelajar SMU ditengah hutan yang sunyi dan sejuk ini. Segera aku menghampiri dan menyapa sang gadis itu. Yang sedang duduk termangu. “Assalamu'alaikum..” kataku sedikit keras, memang sengaja mengagetkannya.
Gadis berjilbab itu sedikit kaget lalu dengan cepat menoleh kearahku. Wajahnya cantik putih,d engan hidung mancung dan bibir tipis. Kacamata minus bertengger di hidungnya.
“Wa'alaikum salam.. ngagetin aja ihh..” katanya dengan tersenyum kecil.
Suaranya yang lembut, menambah gejolak birahiku. Otakku berfantasi membayangkan suara lirihnya merintih2 karena mem3knya kusodok2 dengan kont0lku. “lagi ngapain?” tanyaku.
Sembunyi2 aku menatap tubuhnya. Sekal untuk seorang siswi SMU. Pantatnya bulat, tubuhnya padat berisi namun langsing, dengan tinggi semampai. Buah dadanya terlihat sedikit mononjol dibalik seragam putih osis lengan panjang dan jilbab putih yang terulur menutupi dadanya.
“lagi ngelamun.” Jawabnya sambil tersenyum manis.
“ngelamunin apa?” tanyaku lagi, memancing pembicaraan.
Sambil semakin mendekat hingga disampingnya. Siswi berjilbab itu memandangku seksama seakan menilai, lalu menjelurkan lidahnya padaku, menggoda. Aku tersenyum. “kenalin, Wawan.” Kataku sambil mengulurkan tanganku.
siswi berjilbab itu tersenyum dan menyambutnya.
“Rina” katanya.
Tangannya yang bersentuhan dengan tanganku terasa sangat halus. “lagi ngapain disini sendirian? Bolos yaa…” kataku mengganggunya. siswi berjilbab itu segera berdiri didepanku.
“iya nih… lagi BT di sekolah..” katanya sambil menggerutu.
“emang kenapa? Habis putus cinta yah?” tanyaku nakal.
“idih… nggak… sekarang jadwalnya olah raga… guru olah raganya rese… sukanya grepe-grepe..” jawab gadis cantik berjilbab siswi Smu itu.
Tangannya sudah dilipat didepan dada, semakin membuat tonjolan buah dadanya terlihat. Hatiku semakin tidak karuan. “tapi diam-diam suka kaaan…” kataku menggoda.
“idiiiih…jijik, tau…” jawabnya sambil sok bergidik.
“eehhh… digrepe-grepe bisa enak lhoo..” kataku terus memancing.
Siswi berjilbab itu hanya tersenyum simpul sambil kembali menjulurkan lidahnya genit. “eh Rin, mau gak, masuk lebih dalem ke hutan? Ada tempat yang buagus banget deh…” kataku.
Padahal aku berbohong.
“yang bener? Ahh, gak mau ah…ntar Rina mau diapa-apain, lagi…” jawabnya, sambil masih tersenyum genit.
“ga papa deh… ayo ikut… diapa-apain kan ga papa kalo enak.” Kataku seolah bercanda.
Padahal otakku sudah memikirkan banyak jurus untuk mendapatkan tubuh gadis cantik berjilbab itu.
“iya deh.” Jawab Rina akhirnya, membuat hatiku seolah meloncat saking
senangnya.
“tapi janji gak diapa-apain yah.” Jawabnya lagi.
“gak kok, ntar tak kasih yang enak- enak″ jawabku lagi.
Akhirnya kami pun berjalan menyusuri jalan setapak sambil bercakap-cakap dan menikmati keindahan hutan. Beberapa lama, setelah kami berada semakin masuk kedalam hutan, kami menemukan lagi sebuah tempat beristirahat. Sebuah batu besar panjang 2 meter, dengan atap dari daun pinus sekedar menahan jika ada hujan. Rina berlari kecil menuju tempat itu dan duduk dubatu itu.
“istirahat dulu, capek..” kata gadis manis berjilbab itu.
“oke.” Kataku sambil duduk disampingnya.
“jadi gak nih, mau yang enak-enak?” kataku kembali memancing.
“gak mau ah.. emangnya Rina apaan..” katanya sambil pura-pura marah.
Aku semakin medekatkan dudukku pada gadis berjilbab bertubuh sekal itu.
“yah, kan Rina cantik.. mas jadi gak tahan..” bisikku ketelinganya yang masih tertutup jilbab. Pelan kuraih tangan kanannya yang halus, lalu kuremas dan kubelai. Gadis cantik berjilbab itu menatapku, namun diam saja. Terlihat wajahnya merah karena malu. Segera siswi berjilbab itu menarik tangannya dan memalingkan tubuhnya agak membelakangiku, karena tatapan sayunya bertemu dengan tatapanku. Pelan-pelan kupeluk Rina dari belakang pelan- pelan. Gadis cantik berjilbab bertubuh sekal itu sedikit berontak. “jangan mas.. Rina gak mau..” bisiknya sambil sedikit berontak.
“ga papa Rina, ntar mas kasih enak…” bisikku ke telinganya yang tertutup jilbab.
Kudaratkan ciumanku di pipi kanannya. Rina masih tegang, mungkin karena tidak pernah dipegang cowok. Apalagi kont0lku yang sudah ereksi dibalik celana jeansku dari tadi, menempel di pantatnya karena aku sudah duduk menkangkang. Kugenggam tangan kirinya dengan tangan kananku, tangan
kiriku memeluknya, sementara bibirmu mulai menciumi pipi dan telinganya. “Ohh..sstt” desisnya.
Aku palingkan wajahnya sehingga aku mudah mencium bibirnya yang mungil, pelan saja dan siswi berjilbab itu mulai menanggapinya. Kupermainkan lidahku dengan lidahnya, sementara kuputar pelan-pelan tubuhnya sampai menghadapku (masih dalam keadaan duduk). Dengan cukup cepat kupeluk mesra dia agar tidak semakin berontak,
kedua tanganku mengelus-elus punggungnya dan terkadang kuremas lembut kedua pantatnya. pantatnya begitu menggairahkan. padat berisi sampai-sampai ingin rasanya meremas dan menciuminya. Kont0lku sudah semakin tegang. Pelan- pelan sambil terus kuciumi gadis SMU berilbab yang sudah pasrah itu, kubuka ritsleting celanaku dan kukeluarkan kont0l besarku. Gadis itu seolah tertegun bingung karena tidak tau apa yang harus ia lakukan. Langsung kubimbing tangannya untuk mengelus- elus dan mengurut seluruh bagian kont0l. Terasa nikmat kont0lku dibelai dan diurut oleh tangan halus siswi lugu berjilbab itu. Kusandarkan Rina pelan-pelan didinding kayu gubuk istirahat itu, bibirku semakin bergerilya di seluruh permukaan wajahnya yang cantik. .
“Ohh, sst..” desahnya, yang semakin membuatku bernafsu.
Dengan bibirku yang tetap aktif, tangan kananku mulai menelusuri badannya, kuelus-elus pundaknya, lalu turun ke dada kanannya, menyusup kebalik jilbabnya, meremas buah dada sekalnya. Kuraba pelan, lalu mulai remasan-remasan kecil, siswi berjilbab itu mulai menggeliat. Buah dadanya terasa kenyal dan kencang, semakin kuperlama remasanku, dengan sekali- kali kuraba perutnya. Tanganku mulai membuka satu- persatu kancing seragam OSIS lengan panjangnya, dan menyusup masuk didalam bajunya, mengelus perutnya dan Rina kegelian. Tanganku yang masih di dalam bajunya, mulai naik kedadanya dan meremas kedua gunung kembarnya, jariku keselipkan dibranya agar menjangkau putingnya untuk kupermainkan. Rina mulai sering medesah,
“Sst.. ahh.. ohh”
Karena branya sedikit kencang dan mengganggu aktivitas remasanku, maka tanganku segera melepaskan semua kancing bajunya dan kemudian kait branya kubuka, sehingga longgarlah segel 2 bukit kembar itu. Bajunya kusingkap kesamping, sementara Bhnya kusingkap keatas, menampakkan keindahan dadanya, putih mulus, kedua putingnya mencuat mengeras ingin dijilati. Sudah saatnya nih beraksi si lidah. Kujilati, kusedot- sedot, kucubit, kupelintir kecil kedua putingnya. Rina mulai meracau tidak karuan manahan nikmatnya permainan bibirku di kedua dadanya. Kubuka baju dan branya sehingga tubuh atasnya hanya tinggal ditutupi jilbab putih membungkus kepalanya yang sengaja tidak kulepaskan. Gairahku semakin meninggi melihat gadis berjilbab yang lugu terengah- engah keenakan kurangsang dengan baju yang sudah terbuka memperlihatkan buah dadanya yang putih ranum menggunung. Tubuhnya yang putih, dua bukit ranum dengan 2 puting mencuat indah, wajahnya memerah, keringat mengalir, ditambah desahan-desahan yang menggairahkan, sungguh pemandangan yang tidak boleh disia-siakan. Kuciumi bibirnya lagi, dengan kedua tanganku yang sudah bebas bergerilya di kedua bongkahan dadanya. Nafas kami menderu menyatu, mendesah. Perlawanan gadis cantik berjilbab tadi sudah tidak terasa lagi. . Untunglah hutan itu sepi, sehingga desahan Rina yang semakin keras tidak membuatku takut ketahuan. Kulepas baju seragamnya dengan sedikit paksaan, kusibakkan jilbabnya sehingga
tidak menutupi dadanya, lalu Kuciumi dan kujilati badannya, mulai dari pundak, turun ke dadanya. Sengaja kujilati bongkahan dadanya berlama- lama tanpa menyentuh putingnya, kupermainkan lidahku disekitar putingnya. Kutempelkan tiba-tiba lidahku ke puting kanannya dan kugetarkan cepat, tangan kiriku mencubit-cubit puting kirinya, Rina semakin kelojotan menahan geli-geli nikmat. Enak sekali menikmati bukit kembar cewek jilbaban. Tangan kananku mulai merayap ke pahanya, yang masih tertutup rok abu- abu panjang, kuelus naik turun, terkadang sengaja menyentuh pangkal pahanya. Terakhir kali, tanganku merayap ke pangkal paha, menyingkapkan rok abu-abu panjangnya keatas sehingga celana dalamnya terlihat. Dengan satu jariku, kugesek-gesek mem3knya yang ternyata sudah basah sampai membekas keluar di celana pendeknya. Kedua kaki gadis berkulit putih berjilbab berwajah lugu itu langsung merapat menahan geli. Tanganku mengelus pahanya dan membukanya, menjalar ke kemaluannya, lalu semua jariku mulai menggosokkan naik turun ke bukit kemaluannya. “Ah udah mass..uhh hmm.. aduuhh.. enakk..”, geliatnya sambil meremas pundakku erat.
Kulumat bibirnya, tanganku mulai menyusup menguak CD-nya, meraba mem3knya. Rina semakin terangsang, dengan desisan pelan serta gelinjang- gelinjang birahi. Tak lama kemudian siswi berjilbab itu mendesis panjang dan
melejang-lejang. Ia menggigit bibir bawahnya sambil matanya terkatup erat, lalu mem3knya berdenyut- denyut seperti denyutan kont0l kalau melepas mani. Rina lalu menarik nafas panjang. Basah mengkilap semua jariku, karena mungkin Rina tidak pernah terasang seperti ini, lalu kujilat sampai kering. “Mas jahat, katanya Rina gak akan diapa-apain..” kata siswi berjilbab bertubuh sekal itu sambil memelukku erat.
“tapi Rina suka kan.. enak kan..” bisikku semakin bernafsu.
Sudah saatnya kont0lku dipuaskan. Kucium bibirnya lembut, kubimbing lagi tangannya untuk meremas dan mengurut kont0lku. Gantian aku yang melenguh dan mendesis, menahan nikmat. Posisiku kini berdiri didepan Rina, kuturunkan celanaku dan kuminta Rina untuk terus memijat kont0lku. “harus digimanain lagi nih?”, tanyanya bingung sambil tetap mengelus-elus batang kejantananku.
Terlihat disekitar ujung kont0lku sudah basah mengeluarkan cairan bening karena ereksi dari tadi.
“Ya diurut-urut naik turun gitu, sambil dijilat seperti menikmati es krim” sahutku.
Ditimang-timangnya kont0lku, dengan malu-malu lalu dijilati kont0lku, ekspresi wajahnya seperti anak kecil. Gadis berjilbab SMU itu pelan-pelan mulai memasukkan kont0lku ke mulutnya dan
“Ahh Rin, jangan kena gigi, rada sakit tuh, ok sayang?”
“Hmm, ho oh”, mengiyakan sambil tetap mengulum kont0lku.
Nah begini baru enak, walaupun masih amatir.
“Yess..” desahku menahan nikmat, terlihat semakin cepat gerakan maju mundur kepalanya.
“Mas, bolanya juga?” tanyanya lagi sambil menyentuh zakarku.
“Iya dong sayang, semuanya deh, tapi jangan kena gigi lho”. Dijilati dan diemutnya zakarku, setiap jengkal kemaluanku tidak luput dari jilatannya, hingga kemaluanku basah kuyup.
“Ahh..ohh..yes..” desahku dengan semakin menekan-nekan kepalanya.
Dimasukkannya batangku pelan-pelan ke mulutnya yang mungil sampai menyentuh tenggorokannya, kont0lku dikulum-kulum, divariasikan permainan lidahnya dan aku semakin menggeliat. Terkadang d siswi berjilbab itu juga menjilati lubang kencingku, diujung kepala kont0l, sehingga aku hampir melompat menahan nikmat dan geli yang mendadak. Dilanjutkannya lagi kocokan ke kont0lku dengan mulutnya. Pelan-pelan kubelai kepalanya yang masih terbungkus jilbab dan aku mengikuti permainan lidah Rina, kugoyangkan pantatku searah. Enak sekali permainan bibir dan lidahnya, Rina sudah mulai terbiasa dengan kejantanan cowok. Akhirnya, badanku mulai mengejang,
“Rin, aku mau keluar.. ohh ahh..” dan sengaja dipercepat kocokan kont0lku dengan tangannya.
Croott crot crot creet.. air maniku berhamburan keluar banyak sekali, sebagian kena wajahnya dan mengotori kacamatanya, dan sebagian lagi meluber di tangan Rina dan kont0lku. Rina sempat terkejut melihat pemandangan menakjubkan itu. “iihh… jijik… apa nih mas..?” katanya sambil mengernyit.
“ini namanya pejuh, Rin.. coba aja enak lho.. bisa menghaluskan kulit kalo dilumurin ke wajahmu..”
Dengan sedikit keraguan siswi berjilbab itu pelan-pelan menjilat air maniku yang meluber di kont0lku.
“Asin dan gurih, enak juga ya Ko?”, katanya sambil menelan semua spermaku sampai habis bersih dan kinclong.
Yang menyembur diwajahnya ia ratakan sehingga wajahnya mengkilap karena air pejuhku. Akus emakin terangsang melihat gadis berjilab melakuka nhal itu. Tanpa membuang waktu lagi, aku yang mempunyai stamina dan birahi yang berlipat segera kembali mendorong badannya agar bersandar di dinding kayu gubug itu. Bibirnya yang indah dengan lipgloss itu kulumat dengan penuh birahi. kurasakan siswi berjilbab itu mulai mendesah dan menggeliat menahan birahi. Kuremas-remas dadanya yang sudah menunggu dari tadi untuk dinikmati lagi. Kuraba-raba lagi mem3k si Rina, pinggangnya menggeliat menahan nikmat sekaligus geli yang demikian hebat sampai pahanya merapat lagi. Kembali kusingkapkan rok abu-abunya ke perutnya, setelah tadi sempat turun
lagi, sengaja tidak kupelorotkan CD- nya, karena aku ingin melihat pemandangan indah dulu. Wow, CD-nya pink tipis berenda dan mungil, sehingga dalam keadaan normal kelihatan jelas bulu-bulunya. Lalu aku berlutut didepan selangkangannya. Kakinya kubuka diiringi desahan tertahan gadis SMU berjilbab berwajah cantik itu. Tangan kirinya menutup mulutnya seakan berusaha menahan nafsu birahi yang tak tertahankan. Tangan kanannya ada
dipundakku, namun tidak berusaha menahan ketika aku maju dan mulai menjilati kedua pahanya dari bawah sampai ke pangkalnya, lalu kucium aroma lembab dan agak amis dari mem3knya yang membuat laki-laki manapun semakin bernafsu. Kujilat sekitar pangkal paha tanpa mengenai mem3knya, yang membuat Rina semakin kelojotan. Kupelorotkan CD-nya pelan-pelan sambil menikmati aroma khas mem3knya, lalu kujilat CD bagian dalam yang membungkus kemaluannya. Sesaat aku terpesona melihat mem3knya, bulunya yang tertata rapi tapi pendek-pendek, bibirnya yang gundul mengkilap terlihat
jelas dan rapat, di tengah-tengahnya tersembul daging kecil. Mem3k yang masih suci ini semakin membuatku bergelora, kont0lku mulai berontak lagi minta dipijat Rina. Mulutku sudah tidak sabaran untuk menikmati sajian paling lezat itu, lidahku mulai bergerilya lagi. Pertama kujilati bulu-bulu halusnya, rintihan Rina terdengar lagi. Terbukti titik lemah Rina ada di mem3knya, begitu siswi berjilbab itu menggerakkan pantatnya, dengan antusias lidahku menari bergerak bebas di dalam mem3knya yang sempit (masih aman karena selaput dara berada lebih ke dalam). Begitu sampai di klitorisnya (yang sebesar kacang kedelai), langsung kukulum tanpa ampun
“Akhh.. sstt.. ampuun… aduuhh.. enaaak.. stt” racau gadis perawan SMU berjilbab itu sambil menggeleng-geleng kepalanya yang masih terbungkus jilbab menahan serbuan kenikmatan yang menggila dari lidahku.
Dengan gerakan halus, kuusap-usap klitorisnya dan siswi berjilbab itu makin kelojotan dan tidak begitu lama terjadi kontraksi di mem3knya. Aku tau Rina akan klimaks lagi, makin kupercepat permainan lidahku. Sesaat kemudian, sambil tangan kirinya
semakin menutup mulutnya semakin erat,gadis berjilbab berseragam abu- abu putih itu menjerit sambil badannya meregang. Mengalirlah dengan deras cairan cintanya itu, tentu saja yang telah kutunggu-tunggu itu. Kujilati semua cairan yang ada sampai mem3knya mengkilap bersih, rasanya segar, gurih dan enak sekali. Beberapa saat, kubiarkan Rina istirahat sambil tersengal-sengal mengatur napas terduduk lemah dibangku panjang digubug itu, bersandar didinding. Aku duduk disebelahnya lalu kupeluk erat dengan mesra, kukecup keningnya, dan kedua pipinya. Sambil memandangku, wajahnya tersenyum malu. Nampak wajahnya merah padam setelah mengalami orgasme, serta malu karena melakukannya denganku. Aku menduga baru kali ini siswi berjilbab itu merasakan nikmat begitu dasyat, sampai lemas sekujur tubuhnya. Setelah nafasnya mulai normal, kuciumi bibirnya dengan lembut. “Nikmat sekali kan Rin? Ingin lagi? Masih kuat kan?” kataku dengan mencium bibirnya lagi.
Gadis cantik berjilbab itu hanya diam sambil memalingkan wajahnya, namun tidak ada penolakan dari tubuhnya. Kupalingkan lagi wajah cantknya menghadapku dan kucium rada lama bibirnya dengan lembut.
Pelan-pelan aku kembali memosisikan tubuhku dihadapannya. Kont0lku tepat berada didepan mem3knya. Kulepaskan celana dalam seksinya, lalu lambat- lambat kumajukan pinggulku, menggesekan kont0lku ke mem3knya. “Oh..hmm..” gadis manis berjilbab itu kembali mendesah bergairah, pasrah kusetubuhi ditengah hutan yang sunyi itu.
Baju seragam SMU nya sudah teronggok dilantai gubug, disamping celana dalamnya. Wajah gadis alim berjilbab itu yang pasrah membuatku nyaris tidak mampu mengendalikan birahiku.
Kulumat bibirnya dengan rakus, tanganku bergerak ke bawah dan menggenggam kont0lku, semakin intens
menggesek-gesekkan kont0lku ke mem3k ranumnya, membuat siswi berjilbab itu semakin menggelinjang karena rangsanganku. Sembari melumat bibirnya, tangan kiriku turun mengusap payudaranya dengan gerakan melingkar di bawahnya menuju ke arah puting lalu menyentil dan memilin pentil gadis cantik berjilbab itu. Kemudian gantian punggungnya kuusap dengan usapan ringan sampai siswi berjilbab itu merasa kegelian. “Ohh.. Maas.. auughh.. gelii… Nikmat Maas..!!”
tangan kanan gadis berjilbab itu mencengkeram erat pundak kiriku sampai membuat pundakku lecet karena kukunya, sementara secara refleks tangan kirinya mulai ikut meremas-remas buah dada kirinya.. kakinya membuka lebar melingkar dipingganggku. Tatapan gadis berjilbab itu sayu, dikuasai sepenuhnya oleh nafsu birahi. nafasnya memburu. Siswi berjilbab itu memejamkan matanya. Desahan dam rintihannya semakin keras ketika kuciumi kening, pipi dan kujilat dan kugigiti daun telinganya dari
luar jilbabnya. “Rina, tahan yaa.. mas akan kasih kenikmatan buatmu.. tapi awalnya bakal sakit sedikit.. tapi kalo dah kebiasa pasti enak kok..”kataku menenangkan gadis manis berjilbab lugu itu yang akan kurenggut keperawanannya.
“mmhh… pelan yah mas.. Rina takut..” desahnya, namun tanpa penolakan karena sudah pasrah 100%.
Dengan birahi yang sudah di ubun- ubun, aku mengangkat sedikit pantat Rina, untuk memberi posisi nyaman pada persetubuhan ini. Kupegangi kedua belah pahanya dan semakin kubuka kakinya lebar-lebar. Terlihatlah belahan mem3knya agak kehitaman dengan bagian dalam yang kemerahan, dihiasi rambut tipis. “Aahh..”, Rina melenguh panjang, badannya goyang kekanan kekiri, kuberikan rangsangan tambahan.
Kujilati pusar dan perutnya, lalu ke paha dan betisnya. Kugigit dekat pangkal pahanya sampai memberkas merah.
“Mass.. Kamu.. Oh.., sudah.. Rina nggak tahan..”.
kutatap wajahnya dengan tatapan menenangkan. Matanya sayu pasrah. Ia
menggigit bibir bawahnya berusaha menahan birahi dan mempersiapkan diri
pada rasa sakit yang kukatakan akan dirasakannya. Susah payah kumasukkan kont0lku yang sudah keras dan besar ke mem3knya yang becek, dan.. Blesshh.. “Ouuhh.. Ohh..”.
Aku mulai memasukan kont0lku ke liang mem3knya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kont0lku ke liang mem3k gadis manis berjilbab itu saking rapatnya. Rina berteriak,
“Ahhh… sakiiittt mas!” Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju- mundur dengan pelan-pelan.
Gadis berjilbab bertubuh sekal itu membalas dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap mem3knya yang sangat nikmat itu… “Ahhhh… sakittt mas..”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju- mundur. Rina berteriak,
“Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kont0lku dari mem3knya dan langsung keluarlah darah segar mengalir dari mem3k Rina turun ke pahanya, dan membasahi bangku tempat kami bersenggama. . Setelah beristirahat beberapa helaan nafas, kembali kutekan pantatku perlahan dan dengan pelan dan teknik maju mundur yang membuat Rina semakin kelojotan, akhirnya masuklah semua kont0lku ke dalam mem3k sempit legit gadis SMU berjilbab itu. “Aahh.. Mas.. aduh Maas..sakit tapi enaakk.. aduuhh.. lagii..” gadis berjilbab berparas cantik dan lugu itu meracau dan mendesah mulai keenakan. Mem3knya mulai terbiasa dihujam kont0lku.
Rina menaikan pantatnya dan aku menekan lagi pelan-pelan, terus berlangsung beberapa lama, kian lama kian cepat.
“aduuhh.. Rina mau enak lagiihh..” Rina mem3kik.
Aku semakin kencang mengocok mem3knya dengan kont0lku. Siswi berjilbab itu diam sejenak sambil memegang lenganku.
“Sudah keluar lagi Rin?”
“Sebentar lagi.. Ohh..” jawab Rina Secara tiba-tiba kugerakkan pantatku maju mundur agak memutar dengan cepat, batangku terasa mau patah. Rina kelojotan sambil melejang-lejang nikmat.
“Ah..”. Rina meremas remas payudaranya dan menggigit jarinya sendiri dan matanya terpejam.
Jepitan kaki di pinggangku menguat. Dinding mem3k gadis cantik berjilbab itu terasa menebal sehingga lubangnya menjadi lebih sempit. Siswi berjilbab itu memelukku dan mengulum bibirku,
“An.. Mas.. Aku.. Hggkk.., Ahh.. Nikmatt..” Rina bergerak liar. Kutekankan kont0lku dalam-dalam dan kurasakan denyutan di dinding mem3k serta dasar rahimnya. Kont0lku terasa disiram cairan yang hangat. Kutekan tyubuhnya didinding gubug dengan tubuhku. siswi berjilbab itu masih terus mengejang dan menggelinjang menikmati orgasmenya. Kubiarkan kont0lku terendam dalam cairan mem3knya. siswi berjilbab itu mendesah
dan merintih penuh kenikmatan. Kami diam sejenak. Kuberikan kesempatan untuknya beristirahat dan mengatur nafasnya. Matanya masih tertutup. Sejenak kurangsang mem3knya dengan gerakan pada otot kemaluanku. siswi berjilbab itu mendesah dan membuka matanya. Dikalungkannya kedua tangannya pada leherku. “Rinaa.. sekarang giliran mas yaa..” kataku berbisik. siswi berjilbab itu mengangguk.
Masih tersisa orgasmenya, dengan tubuh yang masih bergetar2. Kugerakkan lagi pantatku maju mundur
dan memutar. Perlahan-lahan dan semakin lama semakin cepat. Kurasakan mem3knya lebih becek dari semula, namun aku tidak mau menghentikan permainan untuk mengeringkannya. Gesekan kulit kont0l
dengan dinding mem3k gadis manis berjilbab itu masih terasa nikmat. Gairah siswi cantik berjilbab itu mulai bangkit lagi. Iapun mengimbangi gerakanku perlahan-lahan. Setelah beberapa saat kemudian gerakannyapun juga semakin cepat. Kutarik pantatku sampai tinggal kepala
kont0lku saja yang menyentuh bibir mem3knya, dengan gerakan cepat dan bertenaga kuhempaskan lagi ke bawah. Badan siswi cantik berjilbab itu terguncang. Kurapatkan pahanya, kemudian kakiku menjepit kedua kakinya. Aku menurunkan tempo permainan sambil beristirahat sejenak. Sesaat kemudian kukembalikan pada tempo semula. Aku hanya menarik turunkan kont0lku sampai setengahnya saja. Jepitan mem3k siswi cantik berjilbab itu lebih terasa. Kurasakan aliran darah di kont0lku semakin cepat. “Rina.. Aku mau keluar..”.
“Tunggu.. Kita bareng.. a.. nn mas..”
Kukangkangkan kaki siswi cantik berjilbab itu kembali. Kedua betisnya kujepit di ketiakku. Dalam posisi demikian maka mem3knya terbuka lebar sekali.
“Mas Wawan..”. Tubuh Rina menegang.
“Rina aku juga.. Mau.. Ohh..”.
“Ahh.. Nikmatt”. Cairan mem3k siswi cantik berjilbab itu bertambah banyak, sementara itu ujung kont0lku berdenyut denyut. Tubuhnya bergerak seperti kuda Sumbawa yang melonjak-lonjak liar.
“Rina.. Oh.. nih ku kasih pejuh… nikmatin
sayaannghhh..”
Dan kemudian.. Crot.. Crot.. Crot.. kutumpahkan spermaku di dalam guanya sampai menetes-netes keluar.
“Tahan sebentar.. Ahh..”.
Gadis cantik berjilbab itupun mendapatkan orgasmenya setelah berusaha sesaat sebelum kont0lku berhenti menyemprotkan pelurunya. Kutekankan lagi kont0lku, denyutan pada otot-otot kemaluan kami saling memberikan kenikmatan ekstra. Aku berguling ke samping. Kami berpelukan dengan badan bersimbah keringat. Jilbabnya basah karena keringat kami berdua. Sungguh nikmat bercinta dengan gadis perawan. Setelah beristirahat beberapa saat, kami segera membenahi baju kami dan keluar dari hutan. Kembali kukecup mesra kening dan bibir gadis manis berjilbab itu. Kuminta ia meminum pil anti hamil yang selalu kubawa, dan memberinya 3 lembar seratus ribuan untuknya.
Tidak lupa kuantarkan dia kembali kerumahnya karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan kuminta nomor Hpnya, kali aja aku kangen dengan jepitan mem3knya.

Jumat, 20 Maret 2015

no cewex panggilan

Nomor HP Cewek Panggilan 08121889819 Anna, 22
Nomor HP Cewek Panggilan 08158320662 Linda, 16
Nomor HP Cewek Panggilan 08159346019 Shelly, 18
Nomor HP Cewek Panggilan 08128122533 Rini, 28
Nomor HP Cewek Panggilan 08568976970 Annie, 20
Nomor HP Cewek Panggilan 08129539290 Sandra, 19
Nomor HP Cewek Panggilan 08151671060 Agistia, 16
Nomor HP Cewek Panggilan 08158989874 Sonia, 25
Nomor HP Cewek Panggilan 08128644041 Ocha, 19
Nomor HP Cewek Panggilan 08159401108 Risa, 19
Nomor HP Cewek Panggilan 08158712902 Nini, 19
Nomor HP Cewek Panggilan 08126525267 Jenny, 21
wahyu111122222.blogspot.com

wahyu111122222.blogspot.com

wahyu111122222.blogspot.com

wahyu111122222.blogspot.com

wahyu111122222.blogspot.com

cewex bispak







Kamis, 19 Maret 2015

cerita gairah


 
ini merupákán sebuáh pengálámán dári sáhábát sáyá yáng sekáráng bertempát tinggál dibáli. Ceritá ini terjádi di sekitár táhun 2006 yáng merupákán pengánlámán pribádi dáári temán sáyá. Sáyá sángát terimá kásih máu berbági dengán okesex.com untuk menceritákán pengálámányá ini. Ceritá seks ini menceritákán tentáng kenikmátán seoráng custámer service resto stik yáng ádá di sáláh sátu kotá besár dengán inisiál kotá MLN. Memáng sángát hot dán penuh kenikmátán seks dári ceritá ini,bányák gáyá yáng sángát ásyik pásti membuát terhányut dálám kenikmátán gáyá bercintá. Ini áwál dári sebuáh ceritá dengán keindáhán bercintá.
áku bekerjá di sátu resto steák yáng menyediákán sálád bár jugá disebuáh mál. Beberápá minggu terákhir ini, ádá seoráng customer, bápák2, yáng rájin berkunjung ke resto tempát áku bekerjá. Ketiká mákán, mátányá selálu memándángiku. Kálo áku lewát dekát mejányá, selálu diá senyum, diá berusáhá mengáják áku berkomunikási tetápi belum pernáh berhásil kárená ketiká diá mákán di resto itu, suásáná sedáng ráme, sehinggá áku dán jugá wáiter/wáitress láinnyá menjádi sángát sibuk meláyáni támu.

Suátu hári, diá berkunjung lági ke restoku. Kebetulán káli ini támu yáng mákán cumá sedikit, sehinggá ádá kesempátán bertegur sápá. Diá menányákán námáku siápá, kujáwáb námáku áku. Diá bertányá lági, hári ini áku kerjá sámpe jám berápá. Ketiká áku nányá kenápá diá bertányá seperti itu diá biláng máu kási áku surprise. áku nányá lági kárená penásárán, surprisenyá ápá. Diá jáwáb kálo dikási táu yá bukán surprise námányá. Terus diá biláng ákán nunggu áku sekitár jám 6 sore. Selesái kerjá, áku menggánti pákáián dinás dengán pákáián ku sendiri. áku memákái káos ketát dengán beláhán yáng rendáh sehinggá toketku yáng jugá besár mengintip keluár, dán celáná jeáns ketát. Diá menunggu gák jáuh dári resto. Tepát ketiká áku menyápányányá, hpku berbunyi, dári temánku. Diá memándángiku yáng sedáng menerimá telpon temánku. Seteláh áku selesái bertelpon, diá bertányá, “Dári siápá Nes, cowok kámu yá”. “Enggák kok pák, dári temánku, ngájákin áku jálán”. “Terus”, tányányá lági. “Kán udáh jánjián ámá bápák, yá áku tolák ájákánnyá”. Temen kámu cowok átáu cewek”, tányányá terus. “Cowok pák”, jáwábku. “NGájákin jálán táu ngáják pácárán?” guyonnyá lági. “Duá2nyá pák”, jáwábku sekenányá sámbil tertáwá. “Kátányá máu kási surprise?”, tágihku. Diá lálu mengájákku ke toko hp. “Nes, hp kámu dáh kuno, áku beliin yáng báru yá”. Káget jugá áku mendengár táwáránnyá. Tánpá menunggu jáwábánku, diá mintá ke spg nyá, hp triji terbáru. Sepertinyá duit beberápá jutá enteng buát diá. áku mendugá pásti ádá ujungnyá, gák mungkin kán leláki máu ngási hp máhál begitu ájá. áku sih gák perduli kálo áku hárus meládeni nápsunyá, áku tertárik jugá sámá si bápák, seteláh jumpá beberápá káli di resto. Orángnyá belum tuá, tápi yáng pásti bukán ábg láh yáo. Gánteng, dádá bidáng, seperti tipe leláki ideálku láh. “Má kásih yá pák, bápák báik ámát sih máu beliin áku hp báru, triji lági”. Diá hányá tersenyum dán mengáják áku mákán, tentunyá bukán mákánán yáng dijuál di resto ku. Sámbil mákán diá terus mengájákku guyon, orángnyá menyenángkán. “Kámu besok kerjá jám brápá Nes”, tányányá. “Besok áku off pák. emángnyá kenápá”. “áku mo ngáják kámu jálán, kálo besok kámu off kán gák usáh buru2 puláng”. “Jálán kemáná pák”, áku sudáh mendugá ápá jáwábánnyá. Pástinyá ákán ngájákin áku ngentot, ápá lági kálo gák itu.
“Wow.., mobilnyá keren bánget pák. Sámá káyá orángnyá” kátá ku seteláh kámi sámpái di mobilnyá. áku duduk di depán disebeláhnyá. Ták lámá kámipun meluncur meninggálkán mál. Diá mulái mengelus2 páhá ku yáng másih tertutup celáná jeáns. Tentunyá elusánnyá tidák terlálu terásá kárená másih terhálángi káin jeáns celánáku. Diá membáwáku ke ápártmentnyá. Ták lámá kámi sudáh sámpái di ápártment. Kitá turun ke básement, párkir mobil dán menuju lift. Diá lángsung memijit lántái ápártmentnyá dán lift meluncur ke átás. ápártmentnyá type studio sehinggá hányá ádá sátu ruáng yáng multi fungsi, kámár mándi dán pántri yáng merángkáp dápur. Diá merebáhkán diri di ránjáng. Sementárá áku pergi ke kámár mándi. Ketiká muncul kembáli, áku hányá berbálut hánduk kemudián ikut rebáhán diránjáng bersámányá. Diá melingkárkán tángánnyá pádá pundák ku dán mengelus-elus nyá. Ták lámá diá mulái menciumi bibir ku sámbil merábá-rábá toket ku. Diá membuká belitán hánduk sehinggá áku lángsung bertelánjáng bulát. Diá melotot melihát jembutku yáng lebát. Lángsung diciumi dán dijiláti toket ku dengán rákus. Dihisáp hisápnyá pentil ku. Járinyá merábá bibir nonok ku yáng dipenuhi dengán jembut yáng lebát. ákupun melenguh nikmát ketiká járinyá menemukán itilku. Sementárá itu, toket ku másih terus dijiláti dán diemut pentilnyá. áku yáng sudáh sángát bernáfsu kemudián berbálik menindih tubuhnyá. Dengán cepát áku melucuti káncing kemejányá. Kuhisáp pentilnyá, sementárá tángánku melucuti celánányá. “Ines buká dulu yá pák” kátáku sámbil bángkit duduk dán membuká seluruh pákáiánnyá. Diá tinggál berCD, dán támpák kontolnyá mencuát keluár ták mámpu tertámpung didálám CD. “Kontol bápák gede bánget, pánjáng lági” kátáku sámbil mengelus-elus kontolnyá dári bálik CD. ákupun kemudián membuká CD nyá, dán kontolnyá yáng sudáh ngáceng kerás támpák berdiri tegák dihádápánnyá. “Gilá.. Gede bánget.. Bikin Ines náfsu..” kátáku sámbil menundukkán kepálá mulái menjiláti dán kemudián mengulum kontolnyá. Diá mengelus- elus rámbutku yáng pánjáng. Kádáng tángánnyá berpindáh ke toketku yáng sekál dán mempermáinkán pentilnyá. “Nes.. Enák bánget Nes..” desáhnyá, áku terus menjiláti kontolnyá. “Ih.. pák, gede bánget..”. “Memáng kámu belum pernáh liát yáng besár begini?” “Belum pák.. Punyá cowok Ines nggák sebesár ini.” jáwábku. “árghh.. Enák Nes.” erángnyá lági. Kujilátinyá lubáng kencingnyá dán kemudián kukulum kontolnyá dengán bernáfsu. Sementárá itu bátáng kontolnyá kukocok sámbil sesekáli kuremás perláhán biji pelernyá. Diá keenákán ketiká áku mengeluár másukkán kontolnyá dengán mulutku. Diá mengusáp-usáp rámbutku dengán gemás. Ruángán segerá dipenuhi oleh erángánnyá. Sáát áku menghisáp kontolnyá, kepáláku máju mundur, toketku pun bergoyáng. Dengán gemás diremásnyá toketku. “Nes.., jepit pákái toketmu ” pintányá. áku lángsung meletákkán kontolnyá di beláhán toketku, dán kemudián diá mengenjot kontolnyá diántárá toketku. “Enák bánget sshh..” Diá seperti ták kuásá menáhán rásá nikmát itu. Seteláh beberápá lámá, diá menyodorkán kembáli kontolnyá ke mulutku. áku menyámbutnyá dengán penuh náfsu.
Seteláh beberápá lámá, áku menáiki tubuhnyá dán mengáráhkán kontolnyá ke nonokku. áku menurunkán tubuhku dán kontolnyá mulái menerobos nonokku yáng sempit. “Ooh.. besár bánget nih kontolnyá pák.. áhh..” desáhku ketiká kontolnyá teláh berhásil memásuki nonokku. “Tápi enák khán..” tányányá menggodá “Iyá sih..áduh.. Oh.. Sstt.. Háh.. Háh..” erángku lági ketiká diá mulái menggenjot nonokku dári báwáh. Diá memegáng pinggángku sámbil terus mengenjot nonokku. Sementárá áku menyodorkán toketku ke mulutnyá. Diá segerá menjiláti toket ku. “Pák.. Gimáná pák.. Enák khán ngentotin Ines?” tányá ku menggodá. áku másih meliuk-liukán tubuhku. Diá pun terus mengenjot nonokku dári báwáh, sámbil sesekáli tángánnyá meremás toketku yáng beráyun-áyun menggemáskán. Seteláh bosán dengán posisi itu, diá membálikkán tubuhku sehinggá diá berádá diátás. Segerá diá menggenjot kontolnyá keluár másuk nonokku sámbil menciumi wájáhku. “Ehmm.. Sstt.. pák.. Enák.. Ohh. kontol bápák gede bánget, nonok Ines sámpe sesek rásányá pák, gesekán kontol bápák terásá bánget di nonok Ines. Máu deh Ines dientot bápák tiáp málám,” áku melenguh keenákkán. “áyo isáp pentil Ines pák” perintáhku. Diápun kemudián menghisáp pentilku sámbil terus menggenjot nonokku. Ták lámá tubuhku mengejáng, dán áku mengeráng dán menggelinjáng ketiká nyámpe. Terásá nonokku berkedut2. “Nes, enák bánget, kontolku seperti sedáng diemut, nikmát bánget rásányá, luár biásá empotán nonok kámu”. Diá mengeluárkán kontolnyá dári nonokku dán áku kusuruh menungging membelákánginyá. Dengán gáyá doggy style diá mengentoti ku dári belákáng. “áduh.. pák.. kuát bánget.. Ohh..” eráng ku ketiká diá mengenjot nonokku. “Gilá.. nonokmu enák bánget Nes..” kátányá. Diá memegáng pinggul ku, terkádáng meremás pántátku yáng membulát. áku pun menjerit nikmát. Toketkupun támpák bergoyáng-goyáng menggemáskán. Bosán dengán posisi ini, diá kemudián duduk di kursi. áku lálu duduk membelákánginyá dán mengáráhkán kontolnyá ke dálám nonokku. Diá menyibákkán rámbutku yáng pánjáng dán menciumi leher ku. Sementárá itu áku bergerák náik turun. Tángánnyá sibuk meremás toketku. “áhh.. áhh.. áhh..” erángku seirámá dengán goyángán bádánku diátás tubuhnyá. Terkádáng erángán itu terhenti sáát disodorkánnyá jemárinyá untuk kuhisáp. Beberápá sáát kemudián, dihentikánnyá goyángán bádánnyá dán dicondongkánnyá tubuhku ágák ke belákáng, sehinggá dápát menghisáp toketku. Dengán gemás diláhápnyá bukit kembárku dán sesekáli pentilku dijilátinyá. Erángánku semákin kerás terdengár, membuát diá menjádi kembáli bernápsu. Seteláh diá selesái menikmáti toket ránumku, kembáli áku mengenjot tubuhku náik turun dengán liár. Binál bánget kelihátánnyá. Cukup lámá diá menikmáti perngentotán dengán áku di átás kursi. Lálu diá berdiri, dán kembáli berciumán dengán áku sámbil dengán gemás meremás dán menghisáp toketku. Diá ingin segerá menuntáskán permáinán ini. Lálu áku direbáhkán di átás ránjáng. Diá kemudián mengáráhkán kontolnyá kembáli ke dálám nonokku. “áhh..” erángku kembáli ketiká kontolnyá kembáli menyesáki nonokku. Lángsung diá mengenjot dengán gánás. Erángán nikmát mereká berduá memenuhi ruángán itu, ditámbáh dengán bunyi derit ránjáng menámbáh pánás suásáná. áku menggelengkán kepálá ke kánán kekiri menáhán nikmát. Tángánku meremás-remás sprei ránjáng. “Pák.. Ines hámpir sámpái pák.. Terus.. áhh.. áhh” jeritku sámbil tubuhku mengejáng dálám dekápánnyá. áku teláh nyámpe. Diá menghentikán enjotánnyá sebentár, dán áku pun kemudián lunglái di átás ránjáng. Butir keringát mengálir diwájáhku. Toketku náik turun seirámá dengán heláán náfásku. Diá kembáli menggemási toketku dengán bernáfsu. Diá mulái lági mengenjot nonokku sámbil sesekáli meremás toketku yáng bergoyáng seirámá enjotánnyá. Diá terus mengenjotkán kontolnyá keluár másuk nonokku sámpái ákhirnyá ngecretláh pejunyá di dálám nonokku. áku terkápár kárená kenikmátán dán lemás.
Beberápá sáát kemudián diá mulái menciumiku sámbil mengusáp-usáp páháku, dán kemudián mengilik nonokku dengán jemárinyá. “Ehmm..” erángku sáát itil diusáp-usáp dengán gemás. Erángánku terhenti kárená diá menciumku dengán penuh nápsu. Tángánnyá meremás2 toketku yáng besár menántáng. “Pák kuát bánget sih , báru ngecret sudáh máu ngentot lági” ucápku lirih. “Iyá hábis pengen diempot nonok kámu lági, nikmát bánget rásányá” bisiknyá. Desáhánku kembáli terdengár ketiká lidáhnyá mulái menári di átás pentilku yáng sudáh menonjol kerás. Dihisápnyá dengán gemás gunung kembárku hinggá membuát tubuhku menggelinjáng nikmát. “Gántián dong Nes” bisiknyá seteláh puás menikmáti toketku yáng ránum. Kámi pun kembáli berciumán sementárá áku meremás kontolnyá yáng mulái membengkák. áku pun kemudián mendekátkán wájáhku ke kontolnyá, dán mulái mengulum kontolnyá. Sámbil menghisáp kontolnyá, áku mengocok perláhán bátángnyá. Diá mengelus-elus kepáláku ketiká áku sedáng mengemut kontolnyá. Diá sudáh ingin ngentot lági dengán áku. áku disuruh duduk membelákánginyá di pángkuánnyá. Diá mengáráhkán kontolnyá kedálám nonokku. “áh..” desáhku ketiká kontolnyá kembáli menyesáki nonokku. áku kemudián menáik-turunkán tubuhku di átás pángkuánnyá. Diá pun ták tinggál diám, áku diciuminyá ketiká áku sedáng mengenjot kontolnyá dálám jepitán nonokku. Sámbil menciumi áku, tángánnyá memáinkán itilku. “áh.. Terus pák.. Ines máu nyámpe..” desáhku. Semákin cepát diá mengusáp itilku, sedángkán tubuhku pun semákin cepát menggenjot kontolnyá. “áhh..” erángku nikmát sáát áku nyámpe. Tubuhku mengejáng dán kemudián terkulái lemás diátás pángkuánnyá. Kembáli terásá nonokkuá berkedut2 dengán kerás. Seteláh redá kedután nonokku, kontolnyá dicábut dári nonokku, másih ngáceng kerás dán berlumurán cáirán nonokku.
áku ditelentángkán dán segerá diá menáiki tubuhku. Páháku sudáh mengángkáng lebár. Diá tidák lángsung memásukkán kontolnyá kedálám nonokku, tetápi digesek-gesekkán dáhulu di sekitár bibir nonokku hinggá menyentuh itilku. “Pák.. áduuhh.. áduuhh pák! Sshh.. Mmppffhh.. áyo pák.. Másukin ájá.. Nggák táhánn..” áku menjerit-jerit tánpá málu. “Udáh nggák táhán yá.. Nes, cepát bánget sudáh nápsu lági..” jáwábnyá. Tibá-tibá diá lángsung menekán sekuát tenágá. áku sámá sekáli ták menyángká ákán hál itu, sehinggá kontolnyá lángsung melesák ke dálám nonokku. Kontolnyá kembáli menyesáki nonokku yáng sempit itu. Diá mulái mengenjotkán kontolnyá náik turun dengán terátur sehinggá menggesek seluruh lubáng nonokku. áku turut mengimbánginyá, pinggulku berputár penuh irámá. Bergerák pátáh- pátáh, kemudián berputár lági. Efeknyá luár biásá, kedután nonokku kembáli terásá. “Nes, nikmát bánget deh empotán nonok kámu”, kátányá terengáh. áku semákin bergáiráh, pinggulku terus bergoyáng tánpá henti sámbil mengedut-ngedutkán otot nonokku. “ákkhh.. Nes.. Eennáákkhh.., hebááthh.. Uugghh..” erángnyá beruláng-uláng. Diá semákin kuát meremás2 dán memilin2 pentilku dán bibirnyá terus menyápu seluruh wájáhku hinggá ke leher, sámbil semákin mempercepát irámá enjotánnyá. áku berusáhá mengimbángi keluár másuknyá kontolnyá didálám nonokku dengán goyángán pántátku. Sepertinyá diá berusáhá kerás untuk bertáhán, ágár tidák ngecret sebelum áku nyámpe lági. Kontolnyá terus mengáduk2 nonokku semákin cepát lági. Nonokku terásá mákin berkedut, keduá ujung pentilku semákin kerás, mencuát berdiri tegák. Lángsung pentilku disedot kuát2 kemudián dijiláti dengán penuh náfsu. “Pák..! Lebih cepát lági doonng..!” teriákku sámbil menekán pántátnyá kuát2 ágár kontolnyá lebih másuk ke nonokku. Beberápá detik kemudián tubuhku bergetár hebát, diiringi dengán cáirán hángát menyembur dári nonokku. Bersámáán dengán itu, tubuhnyá pun bergetár kerás yáng diiringi semprotán pejunyá ke dálám nonokku. áku pun mengeráng tertáhán. Diá lángsung memeluk tubuhku erát-erát, dengán penuh perásáán. áku membálás pelukánnyá sámbil merásákán kenikmátán yáng luár biásá. Kákiku melingkár di sekitár pinggángnyá, sementárá bibirnyá terus menghujáni sekujur wájáh dán leherku dengán ciumán. áku másih bisá merásákán kedután nonokku. Seteláh beristiráhát sejenák, kámi segerá membersihkán diri dengán di kámár mándi. áku belum pernáh merásákán sedemikián nikmátnyá dientot leláki.

Rabu, 18 Maret 2015

cewex girang



Waktu itu gua di ajak temen gua buat liat hasil lukisan yang di bikin temen gua itu cewe dia di bawah gua 1 tahun se enggaknya gua senior dianyalah… sewaktu gua tiba di rumah dia ada seorang wanita sexy, cantik, waaahhhh susah deh buat diomongin pokoknya top banget, lalu dia senyum ama gua… “Eh Nit sapa tuh?” tanyaku “Oooooo Tante gua tuh Ndry kenapa? Suka?”.. “Yeeee enak aja loe,” jawabku. “Yuk gua kenalin ama Tante gua, ajak Nita” “Aloooo Tanteeee,” kata Nita”.. “Ehhh udah pulang Nit,” tanya Tante Selly? “Iya Tan,” jawab Nita.. “Oh iya Tan kenalin nih temen Nita”.. lalu Tante Selly mengulurkan tangannya begitu juga gua.. “Selly,” katanya. “Andry,” kataku, waaahh tangan nya lembut banget langsung otak gua jadi gak karuan untung Nita ngajak gua masuk kalo gak udah deh otak gua ngeressssss. Sesudah gua ngeliat hasil lukisan si Nita gua ngobrol-ngobrol ama Nita dan Tante Selly. Enak juga ngobrol ama tantenya Nita cepet akraban orangnya tapi setengah jam kemudian Nita pamit ke belakang dulu otomatis tinggal gua dan Tante Selly saja berdua. Tante Selly yang memakai celana street dan kaos tipis membuat jatungku mulai gak karuan, tapi gua ngejaga supaya tidak ketauan kalo gua lagi merhatiin Tante Selly, kami ngobrol ngalor-ngidul lama-lama duduknya semakin dekat denganku waaahhhh, makin dag dig dug aja nih jatung gua.. gimana enggak Tante Selly yang putih mulus itu duduknya ngangkang bebas banget pikirku apa dia kaga malu ama gua apa? Lambat laun pembicaraan kami mulai menjurus ke hal-hal yang berbau sex. “Ndry kamu punya cewe?” tanyanya. “Blom tan,” jawabku “Tante sendiri kok sendirian …?” “Hhhmmmm gak kok kan ada Nita.” “Maksud saya laki-laki yang jagain Tante siang dan malem lho.” “Ooooooo Tante cerai sama om 2 tahun yang lalu Ndry…” “Tante gak kesepian..?” “Tak tuh kan ada Nita.” “Maksud saya yang nemenin Tante malem hari.” “Ih kamu nakal yah.” kata Tante Selly sambil mecubit paha ku. Otomatis meringis kesakitan sambil tertawa… hehehhehee… “Bener Tante gak kesepian, gua bertanya lagi..?” Tante Selly bukanya menjawab, dia malah memeluku sambil menciumiku, aku kaget campur seneng. sewaktu kami begumul di ruang depan tiba-tiba Nita dateng, untung tadi pintu yang mau ke dapur tertutup kalo ketauan Nita bahaya nih.. kami menghentikan pagutan kami.. lalu Tante Sellypun pergi ke kamarnya sambil malu-malu. Setelah Nita datang gua langsung pamitan, lalu gua pamitan ama Tante Selly. “Tante, Andry pulang dulu,” kataku. “Lho kok buru-buru?” tanya Tante Selly sambil keluar kamar. “Ada kepeluan lain Tan,” jawab ku… “Lain kali ke sini lagi yah,” kata Tante Nita sambil mengerlingkan matanya:.. “Ooooo iya Tante,” kataku sedikit kaget, tapi agak seneng juga… Setelah kejadian itu gua jadi kangen ama Tante Selly.. suatu hari gua lagi jalan sendirian di mall, gua gak nyangka kalo ketemu ama Tante Selly.. “Allo Tante,” sapaku… “Hi Andry,” jawabnya.. “Mau kemana Ndry.?” “Hhhhmmm lagi pengen jalan aja Tante.” “Kamu ada waktu.?” “Kalo gak ada gak papa..” “Emang mau ke mana Tan.?” “Temenin Tante makan yuk..” Waaaahhhhh… tawaran itu gak mungkin gua tolak jarang jarang ada yang traktir gua, maklum gua anak kostan heueuehueuh. Tanpa berpikir panjang gua langsung meng iya kan tawarannya. Setelah kami makan Tante Selly ngajak gua keliling sekitar Bandung.. Tanpa kita sadari kalo malam udah larut.. Waktu itu jam menunjukan pukul 22.30…Lalu gua ngajak Tante Selly pulang, gua di anter ama Tante Selly sampai depan rumah kostan gua…Tapi sebelum gua keluar dari mobil gua kaget campur seneng Tante Selly menarik badan gua lalu menciumiku dengan ganas…Kami berpagutan lumayan lama. Lama-lama gua makin panas lalu gua ajak Tante Selly masuk ke dalam kostan gua…Lalu kami masuk setelah di dalam Tante Selly menubruk badan gua hingga kami berdua jatuh di atas kasur. Lalu kami beerciumana lagi. tiba-tiba tangan gua yang nakal mulai mengerayangi badan Tante Selly yang sexy. Setelah itu gua buka tank top Tante Selly.. wooowwwww ternyata dia tidak memakai BH itu membuat gua gampang buat menikmati indahnya payudara Tante Selly yang indah itu.. Tante Selly mulai mengerang keenakan.. “Ooooooohhhh.. Andryyy.. remas terushhhh,” kata Tante Selly mendesah. “Mendengar itu aku makin menggila…” “Gua gigit putting susu Tante Selly…” “Aaaccchhhhhh… enak sayang.. terussshhh…” Lalu gua buka celana jeans Tante Selly… sambil terus kupermain kan gundukan kembar itu dengan rakus setelah gua buka celana jean tante Selly, gua buka CD Tante Selly yang berwarna hitam itu.. ooooohhhhh indah betul pemandangan malam ini gumamku dalam hati… Lalu aku pun menyuruh Tante Selly buat membuka pahanya lebar-lebar.. “Baik sayang. lakukan apa yang kau mau..” Lalu gua benamkan muka gua ke selangkangan Tante Selly. “Aaaaacccchhhhhhhhhhhh.. geli sayang.jerit Tante Selly, badannya bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri menahan nikmat… aaaaccchhhhhhh terus sayang.. oooohhhhhhhh” “Gua jilat, gigit, jilat lagi hhhhmmmmmmm… memek Tante Selly harum” Lalu tangan Tante Selly mencari-cari sesuatu di balik celana dalam ku……… “Wwoooooowwwww,” jeritnya. “Aku gak percaya punyaan kamu gede ndry…” “Tante suka?” tanyaku. “Suka banget..” Lalu kupermainkan lagi memeknya, kami bermain 69 Tante Selly melumat kontolku dengan rakusnya, sampai tiba saatnya dia mulai merengek-rengek supaya kontolku dimasukkan ke dalam liang memeknya. “Ndryyyy.. sekarang sayang aku gak kuaatttthhh.!!!” “Sekarang Tante..?” “Iya sayang cepaaattt.” Lalu gua menaiki badan Tante Selly perlahan-lahan gua masukin kontol gua… oooooohhhhhh… sleeeepp perlahan-lahan kontolkupun kubenamkan. Tante Selly sedikit teriak “Aaaaaccccchhhhhhh Ndryyyyy”. Memek Tante Selly masih sempit, hangat aahhh.. pokoknya enak banget… “Masukin yang dalem Ndryy… oooohhhhhhh.!!! “Goyangin Tante..” Slepppp… sleppppp… sleeppppp.. kontolku keluar masuk”. “Ooohhhh…. ooohhhhhhh.. ooohhhhhhhh……” kami berpacu untuk mencapai klimaks dan akhirnya kami pun keluar sama sama.. Setelah kami puas bercinta kamupun tertidur pulas dan bangun kesiangan untung waktu itu temen-temen sekostanku sedang mudik, jadi aku gak terlalu khawatir… “Kamu hebat tadi malam Ndry sampe aku kewalahan” lalu Tante Selly pun pamitan untuk pulang lalu dia berkata “Lain kali kita main lagi yah aku masih penasaran ama kamu Ndry”…. “Kalo kamu mau apa-apa bilang aja ama Tante ya jangan sungkan-sungkan!!”.. “Baik Tante,” kataku… lalu Tante Selly pun pulang dengan wajah berseri-seri… setelah kami melakukan percintaan itu kamipun melakukannya berulang kali dan hubungan kamipun masih berlanjut hingga kini, tapi hubungan yang tanpa ikatan, hanya hubungan antara orang yang haus akan sex.. dan semenjak itu akupun diajari berbagai jurus dalam permainan sex… mulai dari doggy style sampai berbagai jurus yang sangat nikmat. Setelah gua berhubungan dengan Tante Selly kebutuhan akan sehari-hari gua lebih dari cukup apapun yang gua minta dari Tante Selly dia pasti memberikannya, soalnya dia bilang permainan ranjangku hebat sekali dan adikku ini lumayan besar, katanya.. dan gua bisa ngebikin Tante Selly puas. Selama kami berhubungan, Nita temanku itu dan sepupu Tante Selly itu tidak pernah mengetahuinya, kalo dia tahu berabe deh.. hehehe


wahyu111122222.blogspot.com
Ah.Om-om sudah pernah aku coba,kadang tu aku sampai-sampai kwalahan abis Dedek nya om kuat banget,aku jadi merem melek.Ada juga yang sudah klenger sebelum aku mencapai orgasme.Saatnya berburu lagi om-om asyik juga,kadang kantongnya tebel lumyan buat isi perur dan shoping di mall habisin waktu libur bersama teman.Bulan ini setelah sempat berkumpul-kumpul di cafe aku dan teman-temen sepakat untuk berlibur di suatu tempat.Aku dan temen2ku, Lina dan Sintia, weekend akhirnya di setujui untuk meluncur ke Anyer. Sintia nyewa cottage disana ya untuk bisa happy tentunya’. Kali ini mereka berdua gak bawa pasangannya masing2 itu ada maksudnya, karena memang kita ber3 mo berburu om om. Sebenarnya mereka mo bawa pasangannya, tapi karena aku gak punya pasangan tetap, gak jadi deh. “Kamu sih Nes, gak punya pasangan tetap”, protes mereka. “Ngapain punya pasangan tetap, banyak kok lelaki yang mo bikin Ines klepek2 sampe lemes”, aku membela diri. Akhirnya mereka mengalah. Kita nyampe di Anyer Jumat sore, banyak juga lelaki yang lalu lalang di pantai didepan cottage yang disewa Sintia. Ada yang bawa pasangan, tapi banyak juga yang sendirian. Segera kami ber3 memakai seragam wajib buat mejeng, bikini yang minim dan seksi. Kami bermain2 di pantai sambil melirik lelaki ganteng yang mondar mandir disana. Segera saja Lina dan Sintia dapat pasangan, mereka langsung cabut dengan pasangannya masing2 meninggalkan aku sendirian. Memang kalo pergi ber3, aku selalu yang paling akhir dapet pasangan. Aku berbaring saja di kursi yang banyak tersedia dipantai, sampe akhirnya ketiduran. Aku terkejut ketika ada yang menyenggol2 kakiku. Aku membuka mataku. Ada seorang lelaki ganteng, badan tegap, pokoknya tipeku bangets deh, bertelanjang dada hanya mengenakan celana pendek gombrong. “Halo, aku Edo. Sori ya membangunkan kamu. Kok sendirian sech”, tanyanya. “Saya Ines. Tadi sih datengnya ber3, teetapi temen2 Ines pergi gak tau kemana sama pasangannya masing2. Jadi Ines sendirian deh, sampe ketiduran. Om juga sendiri, eh boleh kan manggil om”, jawabku. “Boleh aja, mau gak kamu nemenin om”. “Emangnya om juga sendirian ya kemarinya, itu mah diniatin karena disini pasti om juga nyari pasangan, nyarinya yang abg kan om?”. “Ah bisa aja kamu. Om kemari sama pasangan kok, sama istri. Gini Nes, om mau terus terang. Istri om pengen banget ngeliat om ngentot ama prempuan lain”. Dia terdiam sejenak memandangiku, melihat apa responsku terhadap keterus-terangannya. “aku hanya tersenyum2 saja. “Kok cuma senyam senyum Nes, kamu mau gak ama saya dan istri, threesome gitu Nes”. Aku senang aja dapet tawaran seperti itu, biasanya kalo aku ber threesome, lelakinya 2 sampe aku termehek-mehek (kaya acara tv aja yach) ngeladeninya. Aku sih gak yakin itu istrinya, paling juga TTM nya, tapi siapa perduli. “Ok om, Ines mau deh”. “ener ya Nes, terima kasih deh”. “Kok om milih Ines sih, tuh disana ada beberapa cewek yang sepertinya abg juga”. “Om dah survei mereka, om sreknya sama kamu Nes, om napsu banget liat kamu. Bikini kamu minim banget, toket kamu besar lagi. Jembut kamu lebat ya Nes”. “Kok om tau sech”. “La iyalah, bulutangan ama bulukaki kamu panjang2, terus kamu ada kumisnya. Pasti jembut kamu lebat banget, dan juga napsu kamu juga besar kan. Kamu pasti gak puas cuma maen 1 ronde. Iya apa iya?” “Om dah pengalaman rupanya ya”. “Yuk deh ke cottage om, istri om dah nunggu disana”. “Istri apa istri sih om”, godaku. Dia hanya senyum2 saja mendengar godaanku. Aku digandengnya ke cottagenya, melalui cewek2 abg yang lagi bercanda2, mereka semua juga berbikini. “Om, gak jadi nih ngajak kita?’, mereka mengganggu om Edo. Sesampainya di cottagenya, ada seorang wanita, belum tua tapi yang pasti bukan abg dan jauh lebih tua dari aku, juga berbikini. “Ini Lina, istri om”. “Saya Ines tante”. “Jangan panggil aku tante, belum tua kok dipanggil tante, panggil nama aja biar lebih akrab”, protesnya. Lina tubuhnya tinggi semampai, lebih tinggi dari rata rata wanita Indonesia. Kulitnya mulus, berwarna kuning langsat (kenapa harus kuning ? apa tidak ada warna lain? He.. he.. heee), wajahnya bernuansa oriental. Tapi herannya kenapa toketnya besar ya ? Biasanya tipe tipe seperti itu kan toketnya cenderung kecil. Ukuran bra nya 34C (sama dong seperti aku). Toketnya yang besar terlihat bergelayutan seakan akan mau meloncat dari dalam bra bikini nya. Pentilnya kelihatan jelas tercetak karena branya tipis. Perutnya rata bener, mungkin belum punya anak, apalagi dengan berlian yang ditindikkan di pusarnya sebentar sebentar berkilauan bila dia menggerakkan tubuhnya. Sedangkan pahanya, alamak, betul betul paha peragawati, mulus sekali. Belum lagi matanya yang redup sayu membuat laki laki yang ditatapnya merasa seperti dipanggil untuk mendekat. Kamipun pergi ke belakang cottage. Rupanya om Edo menyewa cottage yang ada fasilitas kolam renang pribadi yang tertutup dari pandangan orang lain. Ditepi kolam renang ternyata sudah dipersiapkan semacam kasur angin ( seperti yang diiklankan di TV itu lho ).Disampingnya ada meja taman yang diatasnya terletak buah buahan, sebotol wine dan beberapa botol soft drink. Tentu saja ada juga tiga buah gelas kristal yang cantik. Tapi aku tidak tertarik dengan semua itu, karena setiba ditepi kolam renang, buru buru aku menceburkan diri ke air. Rupanya inisiatifku diikuti oleh mereka berdua. Kuperhatikan kontol om Edo ternyata sudah ngaceng dibalik celana gombrongnya, walaupun belum seratus persen. Tidak begitu lama kami berada diair. Kemudian kami bertiga duduk di kasur angin tersebut. Kini aku yang mengambil inisiatif. Kudorong tubuh om Edo supaya telentang dan kutarik tangan Lina untuk memegang kontol om Edo. Sedang aku sendiri cepat cepat memperamainkan toket Lina dari belakang sambil menciumi belakang telinga dan kuduknya. Diperlakukan demikian, apalagi sambil memegangi kontol om Edo yang sudah tambah mengeras, nafsu Lina rupanya cepat naik. Nafasnya agak memburu sedang mukanya sudah mulai memerah. Melihat itu om Edo mulai beraksi mengambil alih permainan. Sambil merebahkan tubuh Lina dikasur, aku disuruh menghisap menciumi toket Lina dari luar branya, sedang dia mulai menciumi paha sebelah dalam Lina, terus keatas, sampai ke daerah nonoknya. Sedang tangannya yang kiri mulai menggerayangi nonokku yang juga sudah mulai gatal. Permainan tidak berlangsung lama, om Edo segera melepas bikini Lina sehingga Lina sekarang bertelanjang bulat. Toketnya yang besar dan kencang dihiasi dengan sepasang pentil yang juga sudah mengeras. Jembutnya juga lebat, walaupun tidak selebat jembutku. Kemudian dia melepaskan bikiniku, paling akhir dia melepas celana gombrongnya. Kontolnya yang sudah ngaceng dengan kerasnya, berdiri mengangguk2, panjang dan besar sekali. Sampai dibelahan nonok Lina, tanpa basa basi mulut om Edo langsung menyerbu dan menjilat jilat sambil menghisap hisap itil Lina. Lina langsung menggelinjang hebat. Mulutnya mulai mendesis “Ouccggghhh…….” om Edo sadar bahwa dia harus memuaskan dua orang cewek secara bergantian dan berkali kali, maka tanpa membuang waktu lebih lama dia sodorkan kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu ke belahan nonok Lina. Dia menggosok gosokkan ujung kontolnya ke itil dan bibir nonok Lina. Tentu saja hal tersebut membuat Lina bergelinjang tidak keruan. Lina langsung memegang kontol om Edo yang luar biasa besar itu untuk dimasukkan kedalam nonoknya. Tidak mudah, mungkin karena nonok Lina masih sempit. Aku jadi semakin yakin bahwa Lina bukan istri om Edo. Kalo dia istrinya, harusnyaom Edo tidak sulit untuk membenamkan kontol gedenya di nonok Lina. Maka, sambil menghisap hisap toket Lina, jari jari nya menolong membuka bibir nonok Lina supaya bisa dilalui kontolnya. “Uuuccchhh…..mmmhhhh “ rintih Lina menahan rasa nikmat. Tak berapa lama kontol om Edo berhasil juga menyeruak kedalam nonok Lina, walaupun baru sebatas kepala dan separo batangnya saja. Itupun sudah membuat Lina menjerit tertahan merasakan nikmat . “ Oouugghhhh…maas, tteerruuussss ….. oouughhh … eennnaakkkk… “ celotehnya. Mukanya jadi merah membara, matanya membeliak beliak keatas, pahanya makin dilebarkan dan pinggulnya diangkat angkat keatas. Walaupun mulutnya masih terus menghisap hisap toket Lina, terdengar bisikannya padanya “ Goyang Lin, goyang pantatmu supaya kontol ku cepat bisa masuk seluruhnya “ Diapun menggoyang goyangkan pantatnya diringi dengan hunjaman keras kontol om Edo, maka blesss… amblaslah semua batang kontol om Edo. “Aaarrggccchhhh……” pekik Lina “Maas…… kkontttoll mu ……mmmhhhhh…eennaakkk sseekkalliii….” Setelah itu om Edo makin giat menghunjam hunjamkan kontol besarnya ke dalam nonok Lina yang makin menggelinjang gelinjang dengan hebatnya. Tubuhnya yang sudah basah dengan air itu makin basah lagi bercampur dengan keringat, sedang selangkangan dan jembutnya makin basah dengan cairan yang mulai keluar dari lubang nonoknya. Matanya makin membeliak beliak sambil mulutnya yang mungil itu ternganga nganga. Akupun mulai berinisiatif lagi, lidahku mulai menjilati muka Lina, bibirnya, turun ke leher, dan akhirnya ke toketnya yang besar itu lagi. Tentu saja hal tersebut membuat tubuh Lina yang telanjang itu makin menggelinjang. Kurang dari setengah jam Lina kami perlakukan demikian ketika tiba tiba tangan Lina yang kanan mencengkeram erat erat tanganku, sedang tangannya yang kiri memeluk erat erat pinggang om Edo. Sambil mengangkat pinggulnya tinggi tinggi orgasmenya meledak diriringi teriakannya “Aaaarrrggghhh… Maaas ….oooccchhhhhhh……” Linapun terkapar sambil tangannya memegangi kontol om Edo yang tentu saja belum orgasme. Lina rupanya tidak ingin cepat cepat kehilangan kontol itu dari nonoknya. Aku terpana sekali menyaksikan adegan itu. Tangankupun tanpa sadar telah mengelus elus nonok dan itilku sendiri. Tetapi sadar akan tugasnya untuk memuaskan diriku juga, maka dengan halus om Edo melepaskan kontolnya dari nonok Lina dan mengacungkannya padaku. Tentu saja hal itu kusambut dengan bahagia, kupegang kontol itu kuusap usap, kucium kemudian ku hisap hisap sambil kutelan sisa cairan dari nonok Lina yang menempel hingga bersih. Akupun ingin memamerkan kepiawaianku ngentot kepada Lina, maka setelah menghisap hisap kontol om Edo, kusuruh dia tidur telentang sehingga kontolnya mencuat keatas. Akupun segera menungganginya sambil berusaha memasukkan kontol om Edo kedalam nonokku, dan bleessss… masuklah kontol om Edo seluruhnya. Aku tergelinjang ketika ujung kontol om Edo menyentuh bagian paling sensitive didalam nonokku, tapi kuusahakan bagian itu tidak tersentuh dulu, supaya perngentotan ini berjalan agak lama. Beberapa saat menaik turunkan pantatku diatas tubuh om Edo. Ternyata Lina memperhatikan adegan ini, dan dengan mata terbelalak sambil mulutnya terbuka, dia bangkit duduk untuk menyaksikannya lebih dekat. “Hisap pentil toket om Edo, Lin.. “ suruhku pada Lina. Tentu saja Lina menurut, dan sambil menungging dihisap hisapnya pentil toket om Edo. Kesempatan ini rupanya dimanfaatkan oleh om Edo. Sambil merem melek keenakan, dia mulai mempermainkan itil Lina, dipencet pencetnya, digosok gosoknya, sehingga Lina menggelinjang gelinjang keenakan. Melihat muka Lina makin memerah, om Edo meminta persetujuanku untuk menuntaskan hasrat birahi Lina lagi. “Percayalah, aku tidak akan sampai ngecret ….” bisiknya. Akupun mengangguk setuju. Kemudian dengan lembut toket Lina didorong sehingga dia rebah telentang. Om Edopun memulai lagi aksinya. Disedot sedotnya itil Lina sambil dijilat jilatnya dengan rakus. Aku makin terpana melihat wajah Lina yang mengeluarkan ekspresi yang sulit untuk kuceritakan. Pokoknya ekspresi untuk meminta segera dientot lagi. Mungkin om Edo sadar bahwa masih ada tugas selanjutnya yaitu mengentotiku, maka tanpa buang buang waktu segera diacungkannya kontolnya ke mulut Lina. Agak kikuk Lina menerima pemberian itu, tetapi karena tadi dia melihatku, mengelus elus, menjilat jilat dan menyedot nyedot kontol om Edo, maka diapun berusaha berbuat demikian. Hampir tidak masuk kontol om Edo kedalam mulut Lina yang mungil itu. Setelah beberapa saat dihisap hisap, kemudian om Edopun mencabut kontolnya dari mulut Lina dan langsung mengarahkannya ke tengah lobang nonok Lina dan …bleeesss………karena nonok Lina sudah banjir, hanya dengan sedikit kesulitan kontol om Edo sudah amblas seluruhnya kedalam lubang nonok Lina dan…..”Ooouuuggghhhhh…….” Pekik Lina lirih “ Teerruuuusssss……maaas….. ggennjjot llaggiiii ……..” pinta Lina sambil merem melek dan wajahnya memerah padam. Tanpa membuang buang waktu om Edopun langsung memompakan kontol besarnya secara cepat dan bertubi tubi didalam lubang nonok Lina. “Ughhhh….. ughhhhh….” Terdengar rintihan nikmat Lina dipadu dengan bunyi kontol om Edo keluar masuk nonok Lina yang makin banjir itu. Rupanya om Edo ingin perngentotan ini cepat selesai maka makin kencanglah kontolnya menyodok nyodok lubang nonok Lina. Rupanya karena termasuk golongan pemula dalam blantika perselingkuhan maupun tehnologi persetubuhan, Lina masih bersumbu pendek dan cepat mencapai puncak birahi karena belum setengah jam, tiba tiba tubuh Lina mengejang, pinggulnya diangkat tinggi tinggi sembari tangannya memeluk erat pinggang om Edo maka …… “Maaas… akkuuu ……. nyampeeee….. “ dan seiring dengan itu tangannya memeluk makin erat tubuh om Edo seolah tidak mau lepas lagi. Beberapa saat kemudian barulah dia tergeletak dengan lemas dibawah tubuh telanjang om Edo. Om Edopun tersenyum sambil melirik kearahku dan tangan nya mengelus elus rambut Lina. Rupanya Linapun keenakan diperlakukan demikian. Dengan lembut ditinggalkannya Lina yang telentang manja dan langsung menghampiriku. Akupun tahu diri, segera kutelentangkan diriku, kubuka pahaku lebar lebar sambil kutekuk lututku keatas. Tanpa basa basi om Edo langsung menyerbu diriku dan memasukkan kontolnya ke lubang nonokku. Jago benar dia, tusukan kontolnya bisa persis ditengah tengah lubang nonokku. Tentu saja aku tergelinjang menerima tusukan yang tiba tiba itu. Dan dengan nafsu yang membara karena sempat tertunda tadi, maka kulayani om Edo dengan sepenuh keahlianku. Kuempot empot kontol om Edo dengan nonokku, dan kugoyang goyang dengan hebat, sehingga walaupun memakan waktu agak lama dan mengeluarkan suara crot … crot … crot sekitar setengah jam lebih, maka om Edo dan akupun secara bersamaan melayang ke langit biru yang diselimuti kenikmatan dan …..” Ugghhhhh..ughhh….. om, Ines….. mmmau….. nyampee….. ogcchhhhh……..” “Aakkuuu….. jjuggaa…..mo ngecret, Nes……. aayyoo….bbaarrreeennggggggg…..” “ukkhhh… acchhhhh….. mmhhhhh…..” dan ……..sshhyyuuuurrrrrrrr…… seperti semburan Lumpur hangat lapindo di Sidoarjo sana nonokku dan kontol om Edo secara bersama sama menyemburkan cairan kenikmatan banyak sekali. Kontol om Edo tetap aku jepit erat erat dengan nonokku sehingga seluruh pejunya habis tertelan kedalam lubang nonokku. Tubuhku dan tubuh om Edo berpelukan erat sekali sambil bibir kami berpagutan. Tentu saja hal semacam ini belum pernah dialami dan dilihat oleh Lina. Dengan keadaan terengah engah aku lirik Lina duduk bersimpuh dekat sekali disamping kami sambil mulutnya ternganga, wajahnya merona merah sambil tanpa sadar tangannya memijit mijit itilnya sendiri. Rupanya dia amat terangsang dan ikut terhanyut dengan pemandangan didepan matanya itu. Maka acara selanjutnya kamipun menceburkan diri ke kolam renang, bercanda sebentar dan kemudian mandi bertiga di kamar mandi. “Nes ….” Kata Lina tiba tiba sambil merangkul bahuku dari belakang. Kurasakan kedua pentil Lina menempel di punggungku. “Hmmh …” sahutku. “Terus terang aku tidak tahu harus berterima kasih bagaimana kepadamu. Perngentotan seperti tadi sama sekali tidak pernah kubayangkan. Bermimpipun tidak pernah. Aku tidak pernah membayangkan kok perngentotan bisa mendatangkan kenikmatan yang begitu hebat dalam diriku”. Rupanya Lina itu wanita yang kesepian, suaminya janrang sekali memberikan nafkah batin karena sibuk dengan pekerjaannya saja. Bertemu dengan om Edo gak tau dimana, Linapun membuat fantasi seksnya selama ini menjadi kenyataan. Malah dia menginginkan ber threesome, itulah sebabnya om Edo mengajakku untuk join dalam kegilaan ini. Terima kasih Lina. Sepertinya semuanya belum puas dengan ngentot yang cuma seronde. Om Edo berbaring telanjang di kasur angin. Lina segera mengocok-ngocok kontolnya perlahan. Aku berjongkok di depannya. Lina mulai memasukkan kontol om Edo ke dalam mulutnya. Kepalanya mulai bergerak naik turun. Pipinya yang sedikit menonjol disesaki kontol om Edo. Sementara aku menciumi dan menjilati pahanya menunggu giliran. Sesaat kemudian, Lina mengeluarkan kontol om Edo dari mulutnya, dan aku langsung meraihnya dengan bernafsu. Kujilati terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan aku mulai menghisap kontol om Edo. Om Edo menarik Lina dan menciuminya. Linapun membalas pagutan om Edo. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke pentil om Edo, sementara kontolnya masih menjejali mulutku. Segera om Edo menarik Lina kedalam pelukannya. Om Edo menjilati pentilnya. “Ahh…ssstt…” erangan nikmat keluar dari mulut Lina. Erangan ini semakin keras terdengar saat jari om Edo mengusap-usap nonoknya. “Sebentar ya Nes..”kata om Edo sambil mencabut kontolnya dari mulutku. Lina ditariknya sampai berbaring dan om Edo mengarahkan kontolnya ke nonok Lina. “Pelan-pelan ya mas.” desah Lina perlahan. Kontol om Edo mulai menerobos nonok Lina. Erangan Lina semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam. “Ahhhh…ahhhh” desah Lina saat om Edo mulai menggenjot kontolnya keluar masuk. Lina mulai menggelinjang merasakan kontol om Edo menghunjam ke nonoknya sementara aku menonton adegan itu dengan penuh napsu. Om Edo menghentikan enjotannya dan mengganti posisi, sekarang Lina yang diatas. Kembali kontol om Edo menerobos nonok Lina. “Ahhhh….” erangnya. Lina kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya turun naik mengocok kontol om Edo didalam nonoknya. Om Edo meraih aku kedalam pelukannya dan mencium bibirku. Toketku diremasnya dengan gemas, pentilku mendapat giliran selanjutnya. “Sstttthhhh….sstttt” erangku saat om Edo menjilati dan dengan gemas mengisap toketku. Sementara Lina masih menggoyang-goyangkan tubuhnya. Matanya terpejam. Om Edo memilin-milin pentil Lina sementara aku menjilati pentil om Edo. “Ahhhhh……” erang Lina panjang saat dia nyampe. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuh om Edo. Om Edo menciumi pundak Lina beberapa saat, sebelum digulingkan kesebelahnya. “Giliranmu Nes..” katanya. Aku langsung menghentikan hisapanku pada pentilnya, dan dengan bergairah menggantikan posisi Lina. Aku menaiki tubuhnya dan kuarahkan kontol om Edo ke nonokku. “Ihhh..gede banget…iihhhh” desahku saat kontolnya menerobos nonokku. Dengan bernapsu aku menggoyang-goyangkan tubuhku. Toketku berguncang-guncang saat aku mengenjotkan pantatku turun naik. Terkadang om Edo menarik tubuhku agar dia bisa menghisapi pentilku. Bosan dengan posisi ini, om Edo minta aku menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Disodokkannya kontolnya kembali ke dalam nonokku. Aku kembali mengerang. “Ihh..ihh..” desahku saat dienjot dari belakang. Lina tak berkedip melihat aku dientot secara “doggy-style”. “Sini Lin” om Edo memanggilnya. Saat dia menghampiri, langsung om Edo kembali menciumi Lina, sementara itu tangannya memegang pinggangku sambil sesekali menepuk-nepuk pantatku. “Ihh..ihh.. Ines nyampe om.” erangku saat aku nyampe. Dia melepaskan kontolnya dari nonokku. Aku ditelentangkannya dan segera kontolnya ambles lagi dinonokku. Om Edo dengan penuh napsu mengenjotkan kontolnya dengan cepat dan keras, keluar masuk menggesek nonokku, sampai akhirnya dia menjerit keenakan. Terasa ada semburan peju hangat didalam nonokku. Diapun terkulai. “Om mainnya hebat banget …” kata Lina sambil tersenyum. “Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan…”sahutku sambil mengusap-usap dadanya. “Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih” jawabnya. “Kita sih puas banget deh dientot mas, lemes tapi nikmaat banget, ya Nes” kata Lina. “Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya” kataku sambil mulai mengusap-usap kontolnya. “Iya.Rahasianya apa sih om?” TKurasakan kontolnya mulai mengeras lagi, luar biasa. “Mas, buat kenang-kenangan Lina video ya..” ujar Lina tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya. “Jangan ah. Udah nggak usah” om Edo menolak. “Ah..nggak apa mas. Habis kontolnya gemesin banget deh..Lina nggak ambil mukanya kok..” sahutnya. “Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho” kata om Edo lagi. “Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus kamu isepin Nes.. Ntar gantian” kata Lina. Om Edo bangkit dan berdiri di samping ranjang. Aku kemudian berjongkok di depannya, dan mulai menjilati kontolnya. “Rambut kamu Nes..jangan nutupin” kata Lina sambil mulai merekam adegan itu. Om Edo membantu aku menyibakkan rambutku dan aku mulai mengulum kontolnya sambil mengelus-elus biji pelernya. Lina merekam adegan itu dengan antusias. Om Edo mengerang nikmat, sambil membantu menyibakkan rambutku. Cukup lama aku mengemut kontolnya. Sementara tampak Lina sangat terangsang melihat aku menikmati kontol om Edo. “Nes..gantian dong..” katanya beberapa saat kemudian. Hpnya diserahkan ke aku, dan gantian Lina sekarang yang berjongkok di depan om Edo. Disibakkannya rambutnya kesamping agar aku dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh kontol om Edo. Lubang kencingnya digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan kontol om Edo. “Jangan pakai tangan Lin..” kataku yang sedang merekam adegan itu. Lina kemudian melepas tangannya yang memegang kontol om Edo, dan ia memaju mundurkan kepalanya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kontol dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang kontol, Lina menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kontol om Edo dengan bernafsu. Diperlakukan seperti itu, om Edo gak tahan lagi. “Arrghh.. hampir ngecret nih..” erangnya.”Om yang ambil ya..” kataku sambil menyerahkan hp padanya. Aku kemudian berjongkok bersama dengan Lina. Kontol itu kukocok-kocoknya. Om Edo tidak tahan lagi. Sambil merekam adegan, dia ngecret membasahi muka kami. Setelah beristirahat sejenak, om Edo meminta hp Lina. Dia ingin memastikan wajahnya tidak terlihat di rekaman video yang tadi diambil. Kemudian mereka berdua masuk kedalam, aku masih berbaring di kasur, tak lama kemudian aku ketiduran. Hari sudah gelap. Aku terbangun karena ada mencium bibirku. Om Edo duduk dikasur, aku ditariknya duduk disebelahnya. Napsuku bangkit dengan sendirinya. Segera tanpa membuang-buang waktu lagi om Edo menyambar tubuhku. Dilumatnya bibirku dan tangannya beraksi meremas toketku. “Hhhmm..gimana Nes? Udah siap dientot lagi?” “Lina kemana om?’ “Lagi tiduran dikamar, aku pengen ngentotin kamu sendirian deh Nes”. Kurasakan hembusan nafasnya di telingaku. Tangan gempalnya mulai meremasi toketku, sementara tangan yang lainnya mulai mengelus-elus pahaku. Aku hanya bisa menikmati perlakuannya dengan jantung berdebar-debar. Tangan yang satunya juga sudah mulai naik ke bagian selangkangan lalu dia menggesekkan jarinya pada daerah itilku. Toketku diremas, dibelai, dan dipelintir pentilnya, sambil tangan satunya tetep menggesek itilku. Aku melenguh kenikmatan. Tiba2 dia mendorongku telentang dikasur, dibentangkannya pahaku lebar-lebar, tangannya mulai merayap ke bagian selangkanganku. Jari-jarinya mengusap-ngusap bagian permukaannya saja lalu mulai bergerak perlahan-lahan diantara kerimbunan jembutku, jarinya mencari liang nonokku. Perasaan nikmat begitu menyelubungiku karena hampir semua daerah sensitifku diserang olehnya dengan sapuan lidahnya pada leherku, remasan pada toketku, dan permainan jarinya pada nonokku, serangan-serangan itu sungguh membuatku terbuai. Kedua mataku terpejam sambil mulutku mengeluarkan desahan-desahan “Eeemmhh..uuhh”. Kontol besarnya sudah mengeras dan mengacung siap memulai aksinya. Aku terbelalak memandang kontol hitam itu, panjangnya memang termasuk ukuran rata-rata, namun diameternya itu cukup lebar, dipenuhi dengan urat-urat yang menonjol. Dengan lembut dibelainya pipiku, lalu belaian itu perlahan-lahan turun ke bahuku. Direngkuhnya aku dalam pelukannya. Tangannya bergerak menjelajahi tubuhku. Dia mengencangkan remasan pada toketku kananku sehingga aku merintih kesakitan “Aaakkhh..sakit om!”. Dia hanya tertawa terkekeh-kekeh melihat reaksiku. “Uuuhh..sakit ya Nes, mana yang sakit..sini om liat” katanya sambil mengusap-usap toketkuku yang memerah akibat remasannya. Dia lalu melumat toketkuku sementara tangan satunya meremas-remas toketku yang lain. Perlahan-lahan akupun sudah mulai merasakan enaknya. Tubuhku menggelinjang disertai suara desahan saat tangannya mengorek-ngorek liang nonokku sambil mulutnya terus melumat toketku, terasa pentilku disedot-sedot olehnya, kadang juga digigit pelan atau dijilat-jilat. Kini mulutnya mulai naik, jilatan itu mulai kurasakan pada leherku hingga akhirnya bertemulah bibirku dengan bibirnya yang tebal itu. Naluri sexku membuatku lupa akan segalanya, lidahku malah ikut bermain dengan liar dengan lidahnya sampai ludah kami bertukar dan menetes-netes sekitar bibir. Om Edo lalu berlutut sehingga kontolnya kini tepat dihadapanku yang sedang telentang dikasur. Dia menggosokkan kontolnya pada wajahku. Aku mulai menjilati kontol hitam itu mulai dari kepalanya sampai biji pelernynya, semua kujilati sampai basah oleh liurku. Semakin lama aku semakim bersemangat melakukan oral sex itu. Kukeluarkan semua teknik menyepong-ku sampai dia mendesah nikmat. Saking asiknya aku baru sadar bahwa posisi kami telah berubah menjadi gaya 69 saat kurasakan benda basah menggelitik itilku. Dia kini berada di bawahku dan menjilati belahan nonokku, bukan cuma itu dia juga mencucuk-cucukan jarinya ke dalamnya sehingga nonokku makin lama makin basah saja. Aku disibukkan dengan kontolnya di mulutku sambil sesekali mengeluarkan desahan. Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan lidah serta jarinya pada nonokku, tubuhku mengejang dan cairan nonokku menyembur dengan derasnya, aku telah dibuatnya nyampe. Tubuhku lemas diatas tubuh nya dan tangan kananku tetap menggenggam batang kontolnya. Setelah puas menegak cairan nonokku, dia bangkit berdiri di kasur. Tangan kokohnya memegang kedua pergelangan kakiku lalu membentangkan pahaku lebar-lebar sampai pinggulku sedikit terangkat. Dia sudah dalam posisi siap menusuk, ditekannya kepala kontolnya pada nonokku yang sudah licin, kemudian dipompanya sambil membentangkan pahaku lebih lebar lagi. Kontol yang gemuk itu masuk ke nonokku yang cukup sempit. Dia terus menjejalkan kontolnya lebih dalam lagi sampai akhirnya seluruh kontol itu tertancap. “Ooohh..nonok kamu lebih peret dari nonok Lina, Nes, nikmat banget deh”. Aku senang juga mendengar pujiannya. “Ines juga nikmat om, kontol om gede banget”. “Kamu belum pernah ngerasain kontol gede ya Nes”. “Yang gede sering om, tapi yang segede kontol om baru kali ini, enjot terus om, nikmaaat”. Puas menikmati jepitan dinding nonokku, pelan-pelan dia mulai menggenjotku, maju mundur terkadang diputar. Kurasakan semakin lama pompaannya semakin cepat sehingga aku tidak kuasa menahan desahan, sesekali aku menggigiti jariku menahan nikmat, serta menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri-kanan sehingga rambut panjangku pun ikut tergerai kesana kemari. Tampangku yang sudah semrawut itu nampaknya makin membangkitkan napsunya, dia menggenjotku dengan lebih bertenaga, bahkan disertai sodokan-sodokan keras yang membuatku makin histeris. Kemudian tangan kanannya maju menangkap toketku yang tergoncang-goncang. Hal ini memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku. Setengah permainan, dia mengganti posisi. Aku disuruhnya nungging di dipan. Dari belakang dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya. “Nah, ini baru namanya pantat” dia meremas bongkahan pantatku dengan gemas dan menepuknya. Saat dia mulai mengelus nonokku tanpa sadar aku malah merenggangkan kakiku sehingga dia makin leluasa merambahi daerah itu. Dia mulai mempersiapkan kembali kontolnya dengan menggosok-gosokkan pada bibir nonok dan pantatku. Kemudian dia menyelipkan kontolnya di antara selangkanganku lewat belakang. Aku mendesis nikmat saat kontol itu pelan-pelan memasuki nonokku. Kakiku mengejang ketika menerima sodokan pertamanya yang dilanjutkan dengan sodokan-sodokan berikutnya. Mulutku mengap-mengap mengeluarkan merintih terlebih ketika tangannya meremas-remas kedua toketku sambil sesekali dipermainkannya pentilku yang sudah mengeras. “Ooohh.. enak banget deh ngentotin kamu Nes!” celotehnya. Tusukan-tusukan itu seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari nonokku dengan deras sampai membasahi pahaku. Aku merintih panjang sampai tubuhku melemas kembali, kepalaku jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah nyampe sekali lagi. Aku mengira dia juga akan segera mengecretkan pejunya, ternyata perkiraanku salah, dia masih dengan ganas mengenjotku tanpa memberi waktu istirahat. Rambut panjangku ditariknya sehingga kepalaku terangkat. Sudah cukup lama aku digenjotnya namun belum terlihat tanda-tanda akan ngecret. Variasi gerakannya sangat lihai sampai membuatku berkelejotan, juga staminanya itu sungguh diluar dugaan. Mendadak dia menarik lepas kontolnya, aku sudah siap menerima semprotan pejunya, namun ternyata kontol itu masih mengacung dengan gagahnya. Om Edo lalu duduk, “Sini Nes, om pangku!” suruhnya. Aku menurut saja dan tanpa diminta lagi aku naik ke pangkuannya, aku menuntun kontolnya memasuki nonokkku. Begitu kuturunkan pantatku langsung aku bergoyang di pangkuannya, dia pun membalas gerakkanku dengan menaik turunkan pantatnya berlawanan denganku sehingga tusukannya makin dalam. Wajahnya dibenamkan pada belahan toketku, tangannya yang tadi mengelus-ngelus punggungku mulai meraba toketku, mulutnya menangkap toketku yang satu lagi. Toketku disedot dan dikulumnya, kumisnya yang terkadang menyapu permukaan toketku memberi rasa geli dan sensasi yang khas. Kunaik-turunkan tubuhku dengan gencar sampai dia melenguh-lenguh keenakan, “Uuugghh..nonok kamu enak banget, Nes”. esahanku bercampur baur dengan lenguhannya. Kepalaku tengadah disertai lolongan panjang dari mulutku saat aku nyampe lagi, cairan nonokku kembali tercurah sampai membasahi dipan, secara refleks aku juga mempererat rangkulanku hingga wajahnya makin terbenam pada toketku. “Om, kuat banget sih ngentotnya, Ines dah beberapa kali nyampe, om belum ngecret juga, lemes om”. “Tapi nikmat kan?” Kemudian dia melepaskan kontolnya dan menyuruhku berlutut di hadapannya, diraihnya kepalaku dan didekatkan pada kontolnya yang lalu kujilati dan kusedot, rasanya sudah bercampur dengan cairan nonokku. Ketika tanganku sedang mengocok sambil menjilatinya tiba-tiba dia melenguh panjang dengan wajah mendongak ke atas, “Nes, aku mau ngecret, di nonok kamu ya”. Segera aku dibaringkan didipan, dia menaiki aku dan sekali enjot kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. Dienjotkannya kontolnya keluar msuk dengan cepat dan akhirnya, “Ooohh..Nes, aku ngecret” dan disusul ‘creett..creet..’ pejunya menyemprot dengan deras didalam nonokku, terasa sekali semburan kuatnya menghangati bagian dalem nonokku. Demikian lelahnya aku, sampai tubuh seperti lumpuh dan mata terasa makin berat. Sebelum kembali terlelap aku masih sempat mendengarnya berkata dekat kupingku “nonok kamu enak banget, aku jadi ketagihan nih!”
jual bdrbagai macam obat kuat
Ah.Om-om sudah pernah aku coba,kadang tu aku sampai-sampai kwalahan abis Dedek nya om kuat banget,aku jadi merem melek.Ada juga yang sudah klenger sebelum aku mencapai orgasme.Saatnya berburu lagi om-om asyik juga,kadang kantongnya tebel lumyan buat isi perur dan shoping di mall habisin waktu libur bersama teman.Bulan ini setelah sempat berkumpul-kumpul di cafe aku dan teman-temen sepakat untuk berlibur di suatu tempat.Aku dan temen2ku, Lina dan Sintia, weekend akhirnya di setujui untuk meluncur ke Anyer. Sintia nyewa cottage disana ya untuk bisa happy tentunya’. Kali ini mereka berdua gak bawa pasangannya masing2 itu ada maksudnya, karena memang kita ber3 mo berburu om om. Sebenarnya mereka mo bawa pasangannya, tapi karena aku gak punya pasangan tetap, gak jadi deh. “Kamu sih Nes, gak punya pasangan tetap”, protes mereka. “Ngapain punya pasangan tetap, banyak kok lelaki yang mo bikin Ines klepek2 sampe lemes”, aku membela diri. Akhirnya mereka mengalah. Kita nyampe di Anyer Jumat sore, banyak juga lelaki yang lalu lalang di pantai didepan cottage yang disewa Sintia. Ada yang bawa pasangan, tapi banyak juga yang sendirian. Segera kami ber3 memakai seragam wajib buat mejeng, bikini yang minim dan seksi. Kami bermain2 di pantai sambil melirik lelaki ganteng yang mondar mandir disana. Segera saja Lina dan Sintia dapat pasangan, mereka langsung cabut dengan pasangannya masing2 meninggalkan aku sendirian. Memang kalo pergi ber3, aku selalu yang paling akhir dapet pasangan. Aku berbaring saja di kursi yang banyak tersedia dipantai, sampe akhirnya ketiduran. Aku terkejut ketika ada yang menyenggol2 kakiku. Aku membuka mataku. Ada seorang lelaki ganteng, badan tegap, pokoknya tipeku bangets deh, bertelanjang dada hanya mengenakan celana pendek gombrong. “Halo, aku Edo. Sori ya membangunkan kamu. Kok sendirian sech”, tanyanya. “Saya Ines. Tadi sih datengnya ber3, teetapi temen2 Ines pergi gak tau kemana sama pasangannya masing2. Jadi Ines sendirian deh, sampe ketiduran. Om juga sendiri, eh boleh kan manggil om”, jawabku. “Boleh aja, mau gak kamu nemenin om”. “Emangnya om juga sendirian ya kemarinya, itu mah diniatin karena disini pasti om juga nyari pasangan, nyarinya yang abg kan om?”. “Ah bisa aja kamu. Om kemari sama pasangan kok, sama istri. Gini Nes, om mau terus terang. Istri om pengen banget ngeliat om ngentot ama prempuan lain”. Dia terdiam sejenak memandangiku, melihat apa responsku terhadap keterus-terangannya. “aku hanya tersenyum2 saja. “Kok cuma senyam senyum Nes, kamu mau gak ama saya dan istri, threesome gitu Nes”. Aku senang aja dapet tawaran seperti itu, biasanya kalo aku ber threesome, lelakinya 2 sampe aku termehek-mehek (kaya acara tv aja yach) ngeladeninya. Aku sih gak yakin itu istrinya, paling juga TTM nya, tapi siapa perduli. “Ok om, Ines mau deh”. “ener ya Nes, terima kasih deh”. “Kok om milih Ines sih, tuh disana ada beberapa cewek yang sepertinya abg juga”. “Om dah survei mereka, om sreknya sama kamu Nes, om napsu banget liat kamu. Bikini kamu minim banget, toket kamu besar lagi. Jembut kamu lebat ya Nes”. “Kok om tau sech”. “La iyalah, bulutangan ama bulukaki kamu panjang2, terus kamu ada kumisnya. Pasti jembut kamu lebat banget, dan juga napsu kamu juga besar kan. Kamu pasti gak puas cuma maen 1 ronde. Iya apa iya?” “Om dah pengalaman rupanya ya”. “Yuk deh ke cottage om, istri om dah nunggu disana”. “Istri apa istri sih om”, godaku. Dia hanya senyum2 saja mendengar godaanku. Aku digandengnya ke cottagenya, melalui cewek2 abg yang lagi bercanda2, mereka semua juga berbikini. “Om, gak jadi nih ngajak kita?’, mereka mengganggu om Edo. Sesampainya di cottagenya, ada seorang wanita, belum tua tapi yang pasti bukan abg dan jauh lebih tua dari aku, juga berbikini. “Ini Lina, istri om”. “Saya Ines tante”. “Jangan panggil aku tante, belum tua kok dipanggil tante, panggil nama aja biar lebih akrab”, protesnya. Lina tubuhnya tinggi semampai, lebih tinggi dari rata rata wanita Indonesia. Kulitnya mulus, berwarna kuning langsat (kenapa harus kuning ? apa tidak ada warna lain? He.. he.. heee), wajahnya bernuansa oriental. Tapi herannya kenapa toketnya besar ya ? Biasanya tipe tipe seperti itu kan toketnya cenderung kecil. Ukuran bra nya 34C (sama dong seperti aku). Toketnya yang besar terlihat bergelayutan seakan akan mau meloncat dari dalam bra bikini nya. Pentilnya kelihatan jelas tercetak karena branya tipis. Perutnya rata bener, mungkin belum punya anak, apalagi dengan berlian yang ditindikkan di pusarnya sebentar sebentar berkilauan bila dia menggerakkan tubuhnya. Sedangkan pahanya, alamak, betul betul paha peragawati, mulus sekali. Belum lagi matanya yang redup sayu membuat laki laki yang ditatapnya merasa seperti dipanggil untuk mendekat. Kamipun pergi ke belakang cottage. Rupanya om Edo menyewa cottage yang ada fasilitas kolam renang pribadi yang tertutup dari pandangan orang lain. Ditepi kolam renang ternyata sudah dipersiapkan semacam kasur angin ( seperti yang diiklankan di TV itu lho ).Disampingnya ada meja taman yang diatasnya terletak buah buahan, sebotol wine dan beberapa botol soft drink. Tentu saja ada juga tiga buah gelas kristal yang cantik. Tapi aku tidak tertarik dengan semua itu, karena setiba ditepi kolam renang, buru buru aku menceburkan diri ke air. Rupanya inisiatifku diikuti oleh mereka berdua. Kuperhatikan kontol om Edo ternyata sudah ngaceng dibalik celana gombrongnya, walaupun belum seratus persen. Tidak begitu lama kami berada diair. Kemudian kami bertiga duduk di kasur angin tersebut. Kini aku yang mengambil inisiatif. Kudorong tubuh om Edo supaya telentang dan kutarik tangan Lina untuk memegang kontol om Edo. Sedang aku sendiri cepat cepat memperamainkan toket Lina dari belakang sambil menciumi belakang telinga dan kuduknya. Diperlakukan demikian, apalagi sambil memegangi kontol om Edo yang sudah tambah mengeras, nafsu Lina rupanya cepat naik. Nafasnya agak memburu sedang mukanya sudah mulai memerah. Melihat itu om Edo mulai beraksi mengambil alih permainan. Sambil merebahkan tubuh Lina dikasur, aku disuruh menghisap menciumi toket Lina dari luar branya, sedang dia mulai menciumi paha sebelah dalam Lina, terus keatas, sampai ke daerah nonoknya. Sedang tangannya yang kiri mulai menggerayangi nonokku yang juga sudah mulai gatal. Permainan tidak berlangsung lama, om Edo segera melepas bikini Lina sehingga Lina sekarang bertelanjang bulat. Toketnya yang besar dan kencang dihiasi dengan sepasang pentil yang juga sudah mengeras. Jembutnya juga lebat, walaupun tidak selebat jembutku. Kemudian dia melepaskan bikiniku, paling akhir dia melepas celana gombrongnya. Kontolnya yang sudah ngaceng dengan kerasnya, berdiri mengangguk2, panjang dan besar sekali. Sampai dibelahan nonok Lina, tanpa basa basi mulut om Edo langsung menyerbu dan menjilat jilat sambil menghisap hisap itil Lina. Lina langsung menggelinjang hebat. Mulutnya mulai mendesis “Ouccggghhh…….” om Edo sadar bahwa dia harus memuaskan dua orang cewek secara bergantian dan berkali kali, maka tanpa membuang waktu lebih lama dia sodorkan kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu ke belahan nonok Lina. Dia menggosok gosokkan ujung kontolnya ke itil dan bibir nonok Lina. Tentu saja hal tersebut membuat Lina bergelinjang tidak keruan. Lina langsung memegang kontol om Edo yang luar biasa besar itu untuk dimasukkan kedalam nonoknya. Tidak mudah, mungkin karena nonok Lina masih sempit. Aku jadi semakin yakin bahwa Lina bukan istri om Edo. Kalo dia istrinya, harusnyaom Edo tidak sulit untuk membenamkan kontol gedenya di nonok Lina. Maka, sambil menghisap hisap toket Lina, jari jari nya menolong membuka bibir nonok Lina supaya bisa dilalui kontolnya. “Uuuccchhh…..mmmhhhh “ rintih Lina menahan rasa nikmat. Tak berapa lama kontol om Edo berhasil juga menyeruak kedalam nonok Lina, walaupun baru sebatas kepala dan separo batangnya saja. Itupun sudah membuat Lina menjerit tertahan merasakan nikmat . “ Oouugghhhh…maas, tteerruuussss ….. oouughhh … eennnaakkkk… “ celotehnya. Mukanya jadi merah membara, matanya membeliak beliak keatas, pahanya makin dilebarkan dan pinggulnya diangkat angkat keatas. Walaupun mulutnya masih terus menghisap hisap toket Lina, terdengar bisikannya padanya “ Goyang Lin, goyang pantatmu supaya kontol ku cepat bisa masuk seluruhnya “ Diapun menggoyang goyangkan pantatnya diringi dengan hunjaman keras kontol om Edo, maka blesss… amblaslah semua batang kontol om Edo. “Aaarrggccchhhh……” pekik Lina “Maas…… kkontttoll mu ……mmmhhhhh…eennaakkk sseekkalliii….” Setelah itu om Edo makin giat menghunjam hunjamkan kontol besarnya ke dalam nonok Lina yang makin menggelinjang gelinjang dengan hebatnya. Tubuhnya yang sudah basah dengan air itu makin basah lagi bercampur dengan keringat, sedang selangkangan dan jembutnya makin basah dengan cairan yang mulai keluar dari lubang nonoknya. Matanya makin membeliak beliak sambil mulutnya yang mungil itu ternganga nganga. Akupun mulai berinisiatif lagi, lidahku mulai menjilati muka Lina, bibirnya, turun ke leher, dan akhirnya ke toketnya yang besar itu lagi. Tentu saja hal tersebut membuat tubuh Lina yang telanjang itu makin menggelinjang. Kurang dari setengah jam Lina kami perlakukan demikian ketika tiba tiba tangan Lina yang kanan mencengkeram erat erat tanganku, sedang tangannya yang kiri memeluk erat erat pinggang om Edo. Sambil mengangkat pinggulnya tinggi tinggi orgasmenya meledak diriringi teriakannya “Aaaarrrggghhh… Maaas ….oooccchhhhhhh……” Linapun terkapar sambil tangannya memegangi kontol om Edo yang tentu saja belum orgasme. Lina rupanya tidak ingin cepat cepat kehilangan kontol itu dari nonoknya. Aku terpana sekali menyaksikan adegan itu. Tangankupun tanpa sadar telah mengelus elus nonok dan itilku sendiri. Tetapi sadar akan tugasnya untuk memuaskan diriku juga, maka dengan halus om Edo melepaskan kontolnya dari nonok Lina dan mengacungkannya padaku. Tentu saja hal itu kusambut dengan bahagia, kupegang kontol itu kuusap usap, kucium kemudian ku hisap hisap sambil kutelan sisa cairan dari nonok Lina yang menempel hingga bersih. Akupun ingin memamerkan kepiawaianku ngentot kepada Lina, maka setelah menghisap hisap kontol om Edo, kusuruh dia tidur telentang sehingga kontolnya mencuat keatas. Akupun segera menungganginya sambil berusaha memasukkan kontol om Edo kedalam nonokku, dan bleessss… masuklah kontol om Edo seluruhnya. Aku tergelinjang ketika ujung kontol om Edo menyentuh bagian paling sensitive didalam nonokku, tapi kuusahakan bagian itu tidak tersentuh dulu, supaya perngentotan ini berjalan agak lama. Beberapa saat menaik turunkan pantatku diatas tubuh om Edo. Ternyata Lina memperhatikan adegan ini, dan dengan mata terbelalak sambil mulutnya terbuka, dia bangkit duduk untuk menyaksikannya lebih dekat. “Hisap pentil toket om Edo, Lin.. “ suruhku pada Lina. Tentu saja Lina menurut, dan sambil menungging dihisap hisapnya pentil toket om Edo. Kesempatan ini rupanya dimanfaatkan oleh om Edo. Sambil merem melek keenakan, dia mulai mempermainkan itil Lina, dipencet pencetnya, digosok gosoknya, sehingga Lina menggelinjang gelinjang keenakan. Melihat muka Lina makin memerah, om Edo meminta persetujuanku untuk menuntaskan hasrat birahi Lina lagi. “Percayalah, aku tidak akan sampai ngecret ….” bisiknya. Akupun mengangguk setuju. Kemudian dengan lembut toket Lina didorong sehingga dia rebah telentang. Om Edopun memulai lagi aksinya. Disedot sedotnya itil Lina sambil dijilat jilatnya dengan rakus. Aku makin terpana melihat wajah Lina yang mengeluarkan ekspresi yang sulit untuk kuceritakan. Pokoknya ekspresi untuk meminta segera dientot lagi. Mungkin om Edo sadar bahwa masih ada tugas selanjutnya yaitu mengentotiku, maka tanpa buang buang waktu segera diacungkannya kontolnya ke mulut Lina. Agak kikuk Lina menerima pemberian itu, tetapi karena tadi dia melihatku, mengelus elus, menjilat jilat dan menyedot nyedot kontol om Edo, maka diapun berusaha berbuat demikian. Hampir tidak masuk kontol om Edo kedalam mulut Lina yang mungil itu. Setelah beberapa saat dihisap hisap, kemudian om Edopun mencabut kontolnya dari mulut Lina dan langsung mengarahkannya ke tengah lobang nonok Lina dan …bleeesss………karena nonok Lina sudah banjir, hanya dengan sedikit kesulitan kontol om Edo sudah amblas seluruhnya kedalam lubang nonok Lina dan…..”Ooouuuggghhhhh…….” Pekik Lina lirih “ Teerruuuusssss……maaas….. ggennjjot llaggiiii ……..” pinta Lina sambil merem melek dan wajahnya memerah padam. Tanpa membuang buang waktu om Edopun langsung memompakan kontol besarnya secara cepat dan bertubi tubi didalam lubang nonok Lina. “Ughhhh….. ughhhhh….” Terdengar rintihan nikmat Lina dipadu dengan bunyi kontol om Edo keluar masuk nonok Lina yang makin banjir itu. Rupanya om Edo ingin perngentotan ini cepat selesai maka makin kencanglah kontolnya menyodok nyodok lubang nonok Lina. Rupanya karena termasuk golongan pemula dalam blantika perselingkuhan maupun tehnologi persetubuhan, Lina masih bersumbu pendek dan cepat mencapai puncak birahi karena belum setengah jam, tiba tiba tubuh Lina mengejang, pinggulnya diangkat tinggi tinggi sembari tangannya memeluk erat pinggang om Edo maka …… “Maaas… akkuuu ……. nyampeeee….. “ dan seiring dengan itu tangannya memeluk makin erat tubuh om Edo seolah tidak mau lepas lagi. Beberapa saat kemudian barulah dia tergeletak dengan lemas dibawah tubuh telanjang om Edo. Om Edopun tersenyum sambil melirik kearahku dan tangan nya mengelus elus rambut Lina. Rupanya Linapun keenakan diperlakukan demikian. Dengan lembut ditinggalkannya Lina yang telentang manja dan langsung menghampiriku. Akupun tahu diri, segera kutelentangkan diriku, kubuka pahaku lebar lebar sambil kutekuk lututku keatas. Tanpa basa basi om Edo langsung menyerbu diriku dan memasukkan kontolnya ke lubang nonokku. Jago benar dia, tusukan kontolnya bisa persis ditengah tengah lubang nonokku. Tentu saja aku tergelinjang menerima tusukan yang tiba tiba itu. Dan dengan nafsu yang membara karena sempat tertunda tadi, maka kulayani om Edo dengan sepenuh keahlianku. Kuempot empot kontol om Edo dengan nonokku, dan kugoyang goyang dengan hebat, sehingga walaupun memakan waktu agak lama dan mengeluarkan suara crot … crot … crot sekitar setengah jam lebih, maka om Edo dan akupun secara bersamaan melayang ke langit biru yang diselimuti kenikmatan dan …..” Ugghhhhh..ughhh….. om, Ines….. mmmau….. nyampee….. ogcchhhhh……..” “Aakkuuu….. jjuggaa…..mo ngecret, Nes……. aayyoo….bbaarrreeennggggggg…..” “ukkhhh… acchhhhh….. mmhhhhh…..” dan ……..sshhyyuuuurrrrrrrr…… seperti semburan Lumpur hangat lapindo di Sidoarjo sana nonokku dan kontol om Edo secara bersama sama menyemburkan cairan kenikmatan banyak sekali. Kontol om Edo tetap aku jepit erat erat dengan nonokku sehingga seluruh pejunya habis tertelan kedalam lubang nonokku. Tubuhku dan tubuh om Edo berpelukan erat sekali sambil bibir kami berpagutan. Tentu saja hal semacam ini belum pernah dialami dan dilihat oleh Lina. Dengan keadaan terengah engah aku lirik Lina duduk bersimpuh dekat sekali disamping kami sambil mulutnya ternganga, wajahnya merona merah sambil tanpa sadar tangannya memijit mijit itilnya sendiri. Rupanya dia amat terangsang dan ikut terhanyut dengan pemandangan didepan matanya itu. Maka acara selanjutnya kamipun menceburkan diri ke kolam renang, bercanda sebentar dan kemudian mandi bertiga di kamar mandi. “Nes ….” Kata Lina tiba tiba sambil merangkul bahuku dari belakang. Kurasakan kedua pentil Lina menempel di punggungku. “Hmmh …” sahutku. “Terus terang aku tidak tahu harus berterima kasih bagaimana kepadamu. Perngentotan seperti tadi sama sekali tidak pernah kubayangkan. Bermimpipun tidak pernah. Aku tidak pernah membayangkan kok perngentotan bisa mendatangkan kenikmatan yang begitu hebat dalam diriku”. Rupanya Lina itu wanita yang kesepian, suaminya janrang sekali memberikan nafkah batin karena sibuk dengan pekerjaannya saja. Bertemu dengan om Edo gak tau dimana, Linapun membuat fantasi seksnya selama ini menjadi kenyataan. Malah dia menginginkan ber threesome, itulah sebabnya om Edo mengajakku untuk join dalam kegilaan ini. Terima kasih Lina. Sepertinya semuanya belum puas dengan ngentot yang cuma seronde. Om Edo berbaring telanjang di kasur angin. Lina segera mengocok-ngocok kontolnya perlahan. Aku berjongkok di depannya. Lina mulai memasukkan kontol om Edo ke dalam mulutnya. Kepalanya mulai bergerak naik turun. Pipinya yang sedikit menonjol disesaki kontol om Edo. Sementara aku menciumi dan menjilati pahanya menunggu giliran. Sesaat kemudian, Lina mengeluarkan kontol om Edo dari mulutnya, dan aku langsung meraihnya dengan bernafsu. Kujilati terlebih dahulu mulai dari kepala sampai ke pangkal batangnya, dan perlahan aku mulai menghisap kontol om Edo. Om Edo menarik Lina dan menciuminya. Linapun membalas pagutan om Edo. Ciuman dan jilatannya kemudian beralih ke pentil om Edo, sementara kontolnya masih menjejali mulutku. Segera om Edo menarik Lina kedalam pelukannya. Om Edo menjilati pentilnya. “Ahh…ssstt…” erangan nikmat keluar dari mulut Lina. Erangan ini semakin keras terdengar saat jari om Edo mengusap-usap nonoknya. “Sebentar ya Nes..”kata om Edo sambil mencabut kontolnya dari mulutku. Lina ditariknya sampai berbaring dan om Edo mengarahkan kontolnya ke nonok Lina. “Pelan-pelan ya mas.” desah Lina perlahan. Kontol om Edo mulai menerobos nonok Lina. Erangan Lina semakin menjadi. Tangannya tampak meremas sprei ranjang. Mulutnya setengah terbuka, dan matanya terpenjam. “Ahhhh…ahhhh” desah Lina saat om Edo mulai menggenjot kontolnya keluar masuk. Lina mulai menggelinjang merasakan kontol om Edo menghunjam ke nonoknya sementara aku menonton adegan itu dengan penuh napsu. Om Edo menghentikan enjotannya dan mengganti posisi, sekarang Lina yang diatas. Kembali kontol om Edo menerobos nonok Lina. “Ahhhh….” erangnya. Lina kemudian menggoyang-goyangkan tubuhnya turun naik mengocok kontol om Edo didalam nonoknya. Om Edo meraih aku kedalam pelukannya dan mencium bibirku. Toketku diremasnya dengan gemas, pentilku mendapat giliran selanjutnya. “Sstttthhhh….sstttt” erangku saat om Edo menjilati dan dengan gemas mengisap toketku. Sementara Lina masih menggoyang-goyangkan tubuhnya. Matanya terpejam. Om Edo memilin-milin pentil Lina sementara aku menjilati pentil om Edo. “Ahhhhh……” erang Lina panjang saat dia nyampe. Tubuhnya mengejang beberapa saat, kemudian lunglai di atas tubuh om Edo. Om Edo menciumi pundak Lina beberapa saat, sebelum digulingkan kesebelahnya. “Giliranmu Nes..” katanya. Aku langsung menghentikan hisapanku pada pentilnya, dan dengan bergairah menggantikan posisi Lina. Aku menaiki tubuhnya dan kuarahkan kontol om Edo ke nonokku. “Ihhh..gede banget…iihhhh” desahku saat kontolnya menerobos nonokku. Dengan bernapsu aku menggoyang-goyangkan tubuhku. Toketku berguncang-guncang saat aku mengenjotkan pantatku turun naik. Terkadang om Edo menarik tubuhku agar dia bisa menghisapi pentilku. Bosan dengan posisi ini, om Edo minta aku menungging sambil memegang tepian bagian kepala ranjang. Disodokkannya kontolnya kembali ke dalam nonokku. Aku kembali mengerang. “Ihh..ihh..” desahku saat dienjot dari belakang. Lina tak berkedip melihat aku dientot secara “doggy-style”. “Sini Lin” om Edo memanggilnya. Saat dia menghampiri, langsung om Edo kembali menciumi Lina, sementara itu tangannya memegang pinggangku sambil sesekali menepuk-nepuk pantatku. “Ihh..ihh.. Ines nyampe om.” erangku saat aku nyampe. Dia melepaskan kontolnya dari nonokku. Aku ditelentangkannya dan segera kontolnya ambles lagi dinonokku. Om Edo dengan penuh napsu mengenjotkan kontolnya dengan cepat dan keras, keluar masuk menggesek nonokku, sampai akhirnya dia menjerit keenakan. Terasa ada semburan peju hangat didalam nonokku. Diapun terkulai. “Om mainnya hebat banget …” kata Lina sambil tersenyum. “Iya..kita berdua aja dibuat kewalahan…”sahutku sambil mengusap-usap dadanya. “Habis kalian cantik-cantik sih. Jadi nafsu nih” jawabnya. “Kita sih puas banget deh dientot mas, lemes tapi nikmaat banget, ya Nes” kata Lina. “Yang gemesin ini lho..gede banget ukurannya” kataku sambil mulai mengusap-usap kontolnya. “Iya.Rahasianya apa sih om?” TKurasakan kontolnya mulai mengeras lagi, luar biasa. “Mas, buat kenang-kenangan Lina video ya..” ujar Lina tiba-tiba, sambil bangkit mengambil HPnya. “Jangan ah. Udah nggak usah” om Edo menolak. “Ah..nggak apa mas. Habis kontolnya gemesin banget deh..Lina nggak ambil mukanya kok..” sahutnya. “Awas, bener ya. Jangan kelihatan mukanya lho” kata om Edo lagi. “Mas berdiri di sini aja biar lebih jelas. Terus kamu isepin Nes.. Ntar gantian” kata Lina. Om Edo bangkit dan berdiri di samping ranjang. Aku kemudian berjongkok di depannya, dan mulai menjilati kontolnya. “Rambut kamu Nes..jangan nutupin” kata Lina sambil mulai merekam adegan itu. Om Edo membantu aku menyibakkan rambutku dan aku mulai mengulum kontolnya sambil mengelus-elus biji pelernya. Lina merekam adegan itu dengan antusias. Om Edo mengerang nikmat, sambil membantu menyibakkan rambutku. Cukup lama aku mengemut kontolnya. Sementara tampak Lina sangat terangsang melihat aku menikmati kontol om Edo. “Nes..gantian dong..” katanya beberapa saat kemudian. Hpnya diserahkan ke aku, dan gantian Lina sekarang yang berjongkok di depan om Edo. Disibakkannya rambutnya kesamping agar aku dapat merekam adegan dengan jelas. Dijilatinya perlahan seluruh kontol om Edo. Lubang kencingnya digelitik dengan lidahnya, kemudian mulutnya mulai mengulum perlahan kontol om Edo. “Jangan pakai tangan Lin..” kataku yang sedang merekam adegan itu. Lina kemudian melepas tangannya yang memegang kontol om Edo, dan ia memaju mundurkan kepalanya. Sesaat kemudian dia mengeluarkan kontol dari mulutnya dan, tetap dengan tanpa memegang kontol, Lina menjilatinya sambil bergumam gemas. Kemudian dihisapnya kembali kontol om Edo dengan bernafsu. Diperlakukan seperti itu, om Edo gak tahan lagi. “Arrghh.. hampir ngecret nih..” erangnya.”Om yang ambil ya..” kataku sambil menyerahkan hp padanya. Aku kemudian berjongkok bersama dengan Lina. Kontol itu kukocok-kocoknya. Om Edo tidak tahan lagi. Sambil merekam adegan, dia ngecret membasahi muka kami. Setelah beristirahat sejenak, om Edo meminta hp Lina. Dia ingin memastikan wajahnya tidak terlihat di rekaman video yang tadi diambil. Kemudian mereka berdua masuk kedalam, aku masih berbaring di kasur, tak lama kemudian aku ketiduran. Hari sudah gelap. Aku terbangun karena ada mencium bibirku. Om Edo duduk dikasur, aku ditariknya duduk disebelahnya. Napsuku bangkit dengan sendirinya. Segera tanpa membuang-buang waktu lagi om Edo menyambar tubuhku. Dilumatnya bibirku dan tangannya beraksi meremas toketku. “Hhhmm..gimana Nes? Udah siap dientot lagi?” “Lina kemana om?’ “Lagi tiduran dikamar, aku pengen ngentotin kamu sendirian deh Nes”. Kurasakan hembusan nafasnya di telingaku. Tangan gempalnya mulai meremasi toketku, sementara tangan yang lainnya mulai mengelus-elus pahaku. Aku hanya bisa menikmati perlakuannya dengan jantung berdebar-debar. Tangan yang satunya juga sudah mulai naik ke bagian selangkangan lalu dia menggesekkan jarinya pada daerah itilku. Toketku diremas, dibelai, dan dipelintir pentilnya, sambil tangan satunya tetep menggesek itilku. Aku melenguh kenikmatan. Tiba2 dia mendorongku telentang dikasur, dibentangkannya pahaku lebar-lebar, tangannya mulai merayap ke bagian selangkanganku. Jari-jarinya mengusap-ngusap bagian permukaannya saja lalu mulai bergerak perlahan-lahan diantara kerimbunan jembutku, jarinya mencari liang nonokku. Perasaan nikmat begitu menyelubungiku karena hampir semua daerah sensitifku diserang olehnya dengan sapuan lidahnya pada leherku, remasan pada toketku, dan permainan jarinya pada nonokku, serangan-serangan itu sungguh membuatku terbuai. Kedua mataku terpejam sambil mulutku mengeluarkan desahan-desahan “Eeemmhh..uuhh”. Kontol besarnya sudah mengeras dan mengacung siap memulai aksinya. Aku terbelalak memandang kontol hitam itu, panjangnya memang termasuk ukuran rata-rata, namun diameternya itu cukup lebar, dipenuhi dengan urat-urat yang menonjol. Dengan lembut dibelainya pipiku, lalu belaian itu perlahan-lahan turun ke bahuku. Direngkuhnya aku dalam pelukannya. Tangannya bergerak menjelajahi tubuhku. Dia mengencangkan remasan pada toketku kananku sehingga aku merintih kesakitan “Aaakkhh..sakit om!”. Dia hanya tertawa terkekeh-kekeh melihat reaksiku. “Uuuhh..sakit ya Nes, mana yang sakit..sini om liat” katanya sambil mengusap-usap toketkuku yang memerah akibat remasannya. Dia lalu melumat toketkuku sementara tangan satunya meremas-remas toketku yang lain. Perlahan-lahan akupun sudah mulai merasakan enaknya. Tubuhku menggelinjang disertai suara desahan saat tangannya mengorek-ngorek liang nonokku sambil mulutnya terus melumat toketku, terasa pentilku disedot-sedot olehnya, kadang juga digigit pelan atau dijilat-jilat. Kini mulutnya mulai naik, jilatan itu mulai kurasakan pada leherku hingga akhirnya bertemulah bibirku dengan bibirnya yang tebal itu. Naluri sexku membuatku lupa akan segalanya, lidahku malah ikut bermain dengan liar dengan lidahnya sampai ludah kami bertukar dan menetes-netes sekitar bibir. Om Edo lalu berlutut sehingga kontolnya kini tepat dihadapanku yang sedang telentang dikasur. Dia menggosokkan kontolnya pada wajahku. Aku mulai menjilati kontol hitam itu mulai dari kepalanya sampai biji pelernynya, semua kujilati sampai basah oleh liurku. Semakin lama aku semakim bersemangat melakukan oral sex itu. Kukeluarkan semua teknik menyepong-ku sampai dia mendesah nikmat. Saking asiknya aku baru sadar bahwa posisi kami telah berubah menjadi gaya 69 saat kurasakan benda basah menggelitik itilku. Dia kini berada di bawahku dan menjilati belahan nonokku, bukan cuma itu dia juga mencucuk-cucukan jarinya ke dalamnya sehingga nonokku makin lama makin basah saja. Aku disibukkan dengan kontolnya di mulutku sambil sesekali mengeluarkan desahan. Aku sungguh tidak berdaya oleh permainan lidah serta jarinya pada nonokku, tubuhku mengejang dan cairan nonokku menyembur dengan derasnya, aku telah dibuatnya nyampe. Tubuhku lemas diatas tubuh nya dan tangan kananku tetap menggenggam batang kontolnya. Setelah puas menegak cairan nonokku, dia bangkit berdiri di kasur. Tangan kokohnya memegang kedua pergelangan kakiku lalu membentangkan pahaku lebar-lebar sampai pinggulku sedikit terangkat. Dia sudah dalam posisi siap menusuk, ditekannya kepala kontolnya pada nonokku yang sudah licin, kemudian dipompanya sambil membentangkan pahaku lebih lebar lagi. Kontol yang gemuk itu masuk ke nonokku yang cukup sempit. Dia terus menjejalkan kontolnya lebih dalam lagi sampai akhirnya seluruh kontol itu tertancap. “Ooohh..nonok kamu lebih peret dari nonok Lina, Nes, nikmat banget deh”. Aku senang juga mendengar pujiannya. “Ines juga nikmat om, kontol om gede banget”. “Kamu belum pernah ngerasain kontol gede ya Nes”. “Yang gede sering om, tapi yang segede kontol om baru kali ini, enjot terus om, nikmaaat”. Puas menikmati jepitan dinding nonokku, pelan-pelan dia mulai menggenjotku, maju mundur terkadang diputar. Kurasakan semakin lama pompaannya semakin cepat sehingga aku tidak kuasa menahan desahan, sesekali aku menggigiti jariku menahan nikmat, serta menggeleng-gelengkan kepalaku ke kiri-kanan sehingga rambut panjangku pun ikut tergerai kesana kemari. Tampangku yang sudah semrawut itu nampaknya makin membangkitkan napsunya, dia menggenjotku dengan lebih bertenaga, bahkan disertai sodokan-sodokan keras yang membuatku makin histeris. Kemudian tangan kanannya maju menangkap toketku yang tergoncang-goncang. Hal ini memberi perasaan nikmat ke seluruh tubuhku. Setengah permainan, dia mengganti posisi. Aku disuruhnya nungging di dipan. Dari belakang dia sedang mengagumi tubuhku dan mengelus-ngelusnya. “Nah, ini baru namanya pantat” dia meremas bongkahan pantatku dengan gemas dan menepuknya. Saat dia mulai mengelus nonokku tanpa sadar aku malah merenggangkan kakiku sehingga dia makin leluasa merambahi daerah itu. Dia mulai mempersiapkan kembali kontolnya dengan menggosok-gosokkan pada bibir nonok dan pantatku. Kemudian dia menyelipkan kontolnya di antara selangkanganku lewat belakang. Aku mendesis nikmat saat kontol itu pelan-pelan memasuki nonokku. Kakiku mengejang ketika menerima sodokan pertamanya yang dilanjutkan dengan sodokan-sodokan berikutnya. Mulutku mengap-mengap mengeluarkan merintih terlebih ketika tangannya meremas-remas kedua toketku sambil sesekali dipermainkannya pentilku yang sudah mengeras. “Ooohh.. enak banget deh ngentotin kamu Nes!” celotehnya. Tusukan-tusukan itu seolah merobek tubuhku, hingga 15 menit kemudian tubuhku bagaikan kesetrum dan mengucurlah cairan dari nonokku dengan deras sampai membasahi pahaku. Aku merintih panjang sampai tubuhku melemas kembali, kepalaku jatuh tertunduk, nafasku masih kacau setelah nyampe sekali lagi. Aku mengira dia juga akan segera mengecretkan pejunya, ternyata perkiraanku salah, dia masih dengan ganas mengenjotku tanpa memberi waktu istirahat. Rambut panjangku ditariknya sehingga kepalaku terangkat. Sudah cukup lama aku digenjotnya namun belum terlihat tanda-tanda akan ngecret. Variasi gerakannya sangat lihai sampai membuatku berkelejotan, juga staminanya itu sungguh diluar dugaan. Mendadak dia menarik lepas kontolnya, aku sudah siap menerima semprotan pejunya, namun ternyata kontol itu masih mengacung dengan gagahnya. Om Edo lalu duduk, “Sini Nes, om pangku!” suruhnya. Aku menurut saja dan tanpa diminta lagi aku naik ke pangkuannya, aku menuntun kontolnya memasuki nonokkku. Begitu kuturunkan pantatku langsung aku bergoyang di pangkuannya, dia pun membalas gerakkanku dengan menaik turunkan pantatnya berlawanan denganku sehingga tusukannya makin dalam. Wajahnya dibenamkan pada belahan toketku, tangannya yang tadi mengelus-ngelus punggungku mulai meraba toketku, mulutnya menangkap toketku yang satu lagi. Toketku disedot dan dikulumnya, kumisnya yang terkadang menyapu permukaan toketku memberi rasa geli dan sensasi yang khas. Kunaik-turunkan tubuhku dengan gencar sampai dia melenguh-lenguh keenakan, “Uuugghh..nonok kamu enak banget, Nes”. esahanku bercampur baur dengan lenguhannya. Kepalaku tengadah disertai lolongan panjang dari mulutku saat aku nyampe lagi, cairan nonokku kembali tercurah sampai membasahi dipan, secara refleks aku juga mempererat rangkulanku hingga wajahnya makin terbenam pada toketku. “Om, kuat banget sih ngentotnya, Ines dah beberapa kali nyampe, om belum ngecret juga, lemes om”. “Tapi nikmat kan?” Kemudian dia melepaskan kontolnya dan menyuruhku berlutut di hadapannya, diraihnya kepalaku dan didekatkan pada kontolnya yang lalu kujilati dan kusedot, rasanya sudah bercampur dengan cairan nonokku. Ketika tanganku sedang mengocok sambil menjilatinya tiba-tiba dia melenguh panjang dengan wajah mendongak ke atas, “Nes, aku mau ngecret, di nonok kamu ya”. Segera aku dibaringkan didipan, dia menaiki aku dan sekali enjot kontol besarnya langsung ambles semuanya di nonokku. Dienjotkannya kontolnya keluar msuk dengan cepat dan akhirnya, “Ooohh..Nes, aku ngecret” dan disusul ‘creett..creet..’ pejunya menyemprot dengan deras didalam nonokku, terasa sekali semburan kuatnya menghangati bagian dalem nonokku. Demikian lelahnya aku, sampai tubuh seperti lumpuh dan mata terasa makin berat. Sebelum kembali terlelap aku masih sempat mendengarnya berkata dekat kupingku “nonok kamu enak banget, aku jadi ketagihan nih!”